Menangkap Sinyal Masa Depan Sultim
Oleh. Muhadam Labolo
Pernyataan dalam bentuk harapan dan doa Anwar Hafid (Gubernur Sulteng) pada Amiruddin Tamoreka (Bupati Banggai) untuk menjadi Gubernur Sulawesi Timur kedepan dalam acara Tabligh Akbar di Kecamatan Toili, 8 Juni 2025 patut mendapat perhatian serius. Khususnya masyarakat dan Tim Pembentukan Provinsi Sultim.
Sinyal kuat Gubernur Sulteng perlu dibaca dan disikapi dengan kecerdasan politik. Pertama, Ia seakan memberi spirit baru agar perjuangan Sultim dibangun kembali dalam tidur panjang hampir 30 tahun. Penting kiranya faksi-faksi internal merapatkan barisan agar terkonsolidasi dengan baik.
Perjuangan Sultim mungkin memasuki generasi ketiga. Tokoh-tokoh awal seperti Basri Sono, Arifin Lambaga, Syaifuddin, (alm) Theo Solany, Irianto, dll telah dilanjutkan oleh generasi kedua seperti Hasrin Rahim dkk. Beliau dengan heroik mampu memaksa lahirnya rekomendasi DPRD dan Gubernur Sulteng.
Hari ini, kita butuh darah segar baru. Tim dan generasi yang tak hanya berani, juga cerdas dan santun mengembangkan strategi politik di kawasan Sulawesi Timur. Sekurangnya level strategi diplomasi di pusat, motor penggerak lapangan, serta dukungan logistik yang memadai. Hemat saya, Bupati Amiruddin mampu mengendalikan ketiganya.
Kedua, sebagai politisi, Bupati Amiruddin punya peluang mendorong percepatan terbentuknya Sultim. Bila statmen gubernur dipahami implisit, persoalan persetujuan administrasi pemerintah dan dukungan politik DPRD Sulteng bukan halangan. Gubernur bisa saja pasang badan untuk mendorong pengembangan kawasan kaya di Timur Sulteng.
Melalui koalisi dan dukungan gubernur, mayoritas wakil rakyat dapat menjadi tenaga baru untuk mempercepat pembentukan Daerah Otonom Provinsi Sultim. Sejauh ini, dukungan politik DPRD dan Gubernur Sulteng diragukan, menimbang alasan ibukota provinsi belum mencapai kata sepakat. Namun itu bukan masalah lagi.
Ketiga, memahami relasi personal Amiruddin sebagai politisi dengan jaringan vertikal yang luas di Senayan dan kementrian terkait, prioritas usulan pemekaran daerah otonom akan lebih mudah dilakukan bila moratorium dibuka kembali. Tentu saja harus dipompa sejak dini agar terbuka lebar. Menimbang antrian DOB, penting meyakinkan pusat urgensi dan prioritas pembentukan Sultim.
Networking penting guna melunakkan hati para pemangku kepentingan agar disetujui sebagai daerah otonom. Secara formal dan real, syarat-syarat administrasi dan faktual Sultim bukan masalah dibanding calon daerah otonom lain. Hal ini dapat dibuktikan sejak 20 tahun terakhir. Perkembangan Sultim jauh melampaui Gorontalo dan Sulbar dari sejumlah aspek.
Keempat, statmen Gubernur Sulteng tidaklah berlebihan ditengah kesepakatan baru antara pemerintah yang diwakili Dirjen Otda dan Komisi 2 DPR RI untuk membuka kembali kunci moratorium pemekaran daerah otonom. Peluang ini dapat dimanfaatkan diantara 233 calon daerah otonom baru yang menunggu antrian.
Bupati Amiruddin dapat memanfaatkan peluang ini lewat pendekatan personal politik. Dengan kerja keras hari ini, kita berharap investasi politik beliau dalam 5 tahun kedepan membuka jalan bagi terwujudnya doa dan harapan Gubernur Sulteng, Anwar Hafid. Saya kira, dalam politik tak ada yang mustahil, sebab kata kuncinya terletak pada bagaimana eksekusinya.
Komentar
Posting Komentar