Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Dialektika Dosen Ilmuan di Media Sosial

  Oleh. Muhadam Labolo Dialektika dalam media sosial pada dasarnya menunjukkan sinyal tumbuhnya pengetahuan. Apalagi jika yang berdiskusi sekelompok ilmuan, bukan sebangsa  haters, demonstran, atau barisan sakit hati. Bila itu, yang muncul hanya koleksi caci dan umpat, pengumpul kerikil panas, dan pengipas api dendam. Oleh sebab dosen secara normatif adalah ilmuan, wajar jika ragam perspektif muncul dari lobus frontalis  otaknya sebagai bahan argumentasi. Bila deskripsi argumen dipenuhi data dan fakta artinya ilmuan mendasarkan pada analisis  empirical based . Disisi lain, bila deskripsi diurai abstraktif lewat analisis teoritik dan bangunan konseptual, ilmuan meletakkan pendekatan  rasional based  sebagai gaya penalaran. Dua sistem berpikir itu jamak dimana saja, apalagi bila keduanya diintegrasikan dengan positivisme dan instuisi, lengkap sudah.   Didalam ilmu sosial, setiap konklusi bersifat sementara sampai ditemukan kebenaran berikutnya. Relativitas itu selalu diklarifikasi, bahka

Distorsi Representasi Dalam Demokrasi

Oleh. Muhadam Labolo   Untuk kesekian kalinya demokrasi kita di uji. Di uji seberapa kuat Ia berhadapan dengan sumber kedaulatannya sendiri, rakyat. Rakyat menguji gagasan idealnya lewat kontrol di dalam maupun diluar parlemen. Bila kanalisasinya berjalan normal, anggota parlemen dapat berdebat hebat hingga berhari-hari, bukan sembunyi dan berpindah-pindah. Sebaliknya, bila saluran ekspresinya abnormal, parlemen jalanan menjadi pilihan dialektika. Ide demokrasi secara historik digagas oleh rakyat sebagai kritik atas kegagalan autokrasi (Lincoln, 1861). Dapat dipahami mengapa demokrasi selalu bersentuhan dengan pesta rakyat dan tumpahan demonstran dijalanan. Bila suksesi rakyat berpesta, bila marah rakyat dapat memperlihatkan perilaku sebaliknya, mencari wakilnya, menawar kembali akuntabilitas dengan paksa.   Tak beda dari sistem yang lain, demokrasi pun bukan yang terbaik, Ia memiliki talenta bawaan sekaligus virus yang mematikan bila luput dikelola dengan bijak. Bakat bawaan itu setid

Iblis Corona Dalam Persepsi Awam

Oleh. Muhadam Diruang publik, persepsi masyarakat terhadap pandemi rupanya bervariasi. Dalam wawancara acak presiden di depan Istana, aras bawah menyimpulkan bahwa  kita sesungguhnya sedang berhadapan dengan serbuan iblis (Rabu, 30 Sept 2020). Corona dalam kesan awam adalah iblis yang tak terlihat secara kasat mata. Bagi mereka, selain Tuhan dan Malaikat yang bersifat gaib, semua yang mengganggu umat manusia adalah mahluk halus, jin dan sebangsanya. Kesadaran budaya semacam itu melahirkan cara beradaptasi kelompok grassroots lewat mantra dan doa. Persepsi itu diametral dengan pandangan kelompok rasional yang menurut sains adalah mahluk micro-biologis bernama corona virus disease (covid 19). Situasi dewasa ini secara eskatologi perlu ditangani serius, bukan sekedar memenuhi standar penggunaan masker, social distancing , dan cuci tangan (Alfayadi, 2020). Apalagi jika dikaitkan dengan kepentingan pragmatis kaum industrialis atas nama pertumbuhan ekonomi. Masker dan desinfektan tent

Rekonstruksi Sejarah Pemerintahan

Oleh. Muhadam Kata Winston Churchill, history has been written by the victors . Faktanya pemenang cenderung mengubah, memanipulasi, bahkan menghilangkan artefak sejarah melalui berbagai cara termasuk politik dinasti. Terlepas itu, sejarah penting untuk menuntun kita kearah yang lebih maju tanpa melupakan setiap peristiwa dimasa lampau. Jika Kemendikti sepakat, sejarah dapat dipelajari sebagai seperangkat ilmu pengetahuan (istoria, ilmu). Efeknya tercipta spirit membangun identitas kultural suatu bangsa. Tanpa sejarah sebagai jejak pijak masa lalu dan kini, kita dapat kehilangan kompas untuk meraih masa depan. Dengan kesadaran itu sejarah mesti dipelajari bukan semata-mata atas waktu dan lokus peristiwa, yang lebih penting belajar dari sejarah (Ndraha, 2002). Bila tidak, kita hanya akan meninggalkan hafalan tentang Perang Aceh atau Perang Diponegoro, tanpa pemahaman setting social yang melatarbelakangi perang hebat dimasa itu. Dalam konteks sejarah pemerintahan, tak banyak historiogra