Postingan

Mengais Puasa Pasca Lebaran

Oleh. Muhadam Labolo Puasa salah satu media mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan dalam makna lahirnya kesholehan individu sekaligus sholeh sosial. Kesholehan pertama ditakar dari kedisiplinan menjalankan perintahNya, seraya menjaga jarak dari laranganNya. Kesholehan kedua di timbang dari kepedulian melihat realitas sosial. Lebih jauh sebuah relasi antara kita dengan semesta. Tak cukup melampaui hubungan dengan sesama, juga jagad raya. Dalam agama, dua kesholehan itu sering berhubungan erat sebagaimana ekosistem. Buah kesholehan individu adalah perilaku terukur. Dalam makna luas kehati-hatian terhadap pikiran dan tindakan (taqwa). Dengan modal itu seseorang tak mudah mereproduksi pikiran, apalagi aksi tanpa berkonsultasi dengan nurani.  Jauh di lubuk hati paling dalam bersemayam nurani. Semacam lembaga spiritual tempat akal berkomunikasi. Kemurnian nurani bergantung sejauhmana Ia ditempa. Jasmani sengaja dimiskinkan selama puasa untuk memberi ruang bagi nurani agar tumbuh. Kemiskin

Menanti Akhir Perselisihan Pemilu

Oleh. Muhadam Labolo Perselisihan pemilu 2024 dinilai menarik dan penuh hiruk-pikuk (Hidayat, 2024). Kali ini, MK dipaksa tak lagi berkutat pada soal kalkulasi, tapi lebih jauh ke pori-pori pemilu, pembuktian atas diterapkannya asas bebas, jujur dan adil. Dalam proposisi dalil di mahkamah, pertanyaan untuk membuktikan itu misalnya, adakah indikasi kekuasaan digunakan terstruktur, sistematis, dan masif untuk kemenangan calon tertentu. Setidaknya, ada tiga pilihan mekanisme yang sering digunakan para pencari keadilan pemilu. Dua pilihan pertama yaitu mekanisme politik dan hukum. Pilihan konstitusional-normatif yang butuh kemampuan kognitif dan psikomotorik luar biasa. Pilihan terakhir adalah cara ekstrem di luar parlemen yang sering disebut parlemen jalanan (extra parlemen). Pilihan mekanisme politik tersedia lewat hak angket. Masalahnya, sejauh partai pengusung capres yang kalah gagal membangun soliditas untuk menundukkan pihak lain, angket hanyalah fatamorgana. Partai bukan saja haus k

Transformasi Tata Kelola & Manajemen Pemda

Oleh. Muhadam labolo Judul di atas sebenarnya bukan topik artikel ini, tapi titel buku karya Dr. Petrus Polyando yang diterbitkan Desember 2023, edisi perdana. Buku setebal 498 halaman itu dicetak oleh Rajawali Pers. Diberi pengantar khusus oleh guru pujaannya, Sadu Wasistiono, disamping 13 testimoni kerabat-karibnya. Saya diberi satu. Berselisih empat dengan buku yang saya berikan padanya. Dua buku bergenre antologi fiksi essay, sisanya monograf dari akumulasi pemikiran, Kapita Selekta, dan buku Kepemimpinan Pemerintahan dengan sponsor MIPI. Buku Bung Petrus kali ini menurut saya naik kelas. Setidaknya dalam dua hal. Pertama , buku di cetak oleh penerbit bergengsi, Rajawali Pers. Dari lebih kurang 30 buku saya yang pernah di cetak, penerbit ini paling transparan dan disiplin dalam hal fee royalty. Penerbit lain pura-pura lupa, bahkan hilang di telan bumi. Cover, kertas, kejelasan tulisan, serta keberlanjutan revisi dikontrol serius. Rajawali satu klik di bawah Kompas Gramedia. Dulu, P

Digitalisasi Pemerintahan Daerah

Oleh. Muhadam Labolo Sebulan lalu, Dr. Harry Mulya Zein mengirimkan potongan judul dan daftar isi buku bertajuk Digitalisasi Pemerintahan Daerah. Ia dosen tetap IPDN yang pernah malang-melintang di Pemda dan Komisi ASN. Beliau menuntut saya memberikan kata pengantar pendek dalam waktu sekejap.  Saya menawar testimoni, menimbang draft tak terkirim utuh sebagaimana buku yang pernah saya beri pengantar. Beliau tak bergeming, tetap minta kata pengantar. Saya mengalah, mencoba mengabstraksi bab dan sub-bab dengan menghubungkan satu sama lain seperti membangun Jembatan Indiana Jones antara Depok-Jakarta di Sungai Ciliwung. Buku Mas Harry tak hanya menawarkan konsep teoritis sebagai landas pikir, juga manajemen dan strategi teknis yang diambil dari sana-sini, termasuk komparasi praktikal di sejumlah daerah. Buku semacam itu tentu jarang, apalagi ditulis dalam bingkai pemerintah daerah sebagai fokus dan lokus penceritaan. Upaya itu patut diapresiasi agar landing di bumi, bukan di awang-awang.

Muchlis Hamdi, Kenangan Seorang Dosen Ikhlas

Oleh. Muhadam Labolo Apakah Muchlis Hamdi, pakar kebijakan publik masih mengajar di Manglayang? Tanya seorang dosen senior di UGM ketika suatu saat saya bertandang. Saya merasa bangga. Jauh-jauh kesana, rupanya ada yang kenal dosen kami. Sama halnya waktu terlibat penelitian singkat di IPB (2003), beberapa dosen bertanya masih adakah Prof. Talizi di IIP? Setidaknya saya merasa almamater menjadi bagian dari pergaulan akademik. Dihargai dan dihormati pada sisi intelektual yang kini semakin suram. Muchlis Hamdi konsisten dengan bidang ilmunya, kebijakan publik. Ia fokus pada kepadatan teori dan realitas empirik sebagai laboratorium yang terus dicermati.  Dimasa sekolah di IIP, saya menamatkan buku Bunga Rampai Pemerintahan. Mungkin itu magnum opus atas pemaknaan pemerintahan yang Ia pahami. Buku itu memengaruhi pondasi pemikiran pemerintahan sebelum menjejali buku berat Talizi. Edisi Yarsif Watampone itu sejajar dengan Makna Pemerintahan karya Ryaas di tahun 1999. Muchlis Hamdi guru besa

Sadu Wasistiono, Maestro Manajemen Pemerintahan

Oleh. Muhadam Labolo Akhir Januari 2024 Pak Sadu Wasistiono mengakhiri masa tugasnya di almamater, Kampus Manglayang. Ia guru besar bidang Manajemen Pemerintahan. Ia juga menggeluti isu-isu otonomi daerah pasca dibidani oleh Ryaas Rasyid dan kokinya, Djohermansyah Djohan.  Sadu diakui sebagai sedikit dosen IPDN yang konsisten mengembangkan manajemen pemerintahan hingga ke level praktikal. Ia malang melintang dari Sabang hingga Merauke. Membantu pemerintah daerah dalam urusan tata kelola pemerintahan. Saya bersentuhan kerja sejak beliau menjabat sebagai Kepala LPM di IPDN Jakarta. Ruangan saya bersebelahan. Kami kerja sampai sore hari. Saya mudah berdiskusi bila ada topik menarik. Di luar itu kami lebih sering bertemu di hotel. Ngamen sebagai narasumber kemana-mana. Tak sedikit daerah yang kami kunjungi, bersama Made Suwandi, Muchlis Hamdi dll. Pak Sadu salah satu pakar yang jernih menjelaskan sesuatu. Ia punya segudang jawaban untuk urusan tata kelola pemerintahan. Karenanya, Ia banyak

Ramadhan di Manglayang

Oleh. Muhadam Labolo Waktu masuk Ramadhan, praja belum libur. Bagian kerohanian memfasilitasi aktivitas praja buat puasa. Mulai tarwih, kultum, sahur, tadarusan, kajian, mabit, hingga i'tikaf di akhir Ramadhan. Tak sedikit praja yang menikmati ritus ibadah tahunan itu dengan semangat tinggi. Ada pula yang tak puasa, bahkan makan tulang. Untuk sahur disiapkan makanan tambahan. Ada bubur kacang ijo. Makanan mewah itu sebenarnya menu eklusif buat klub sepak bola Manglayang. Mereka benar-benar di service oleh manajernya, Pak Ifandi Hadi, dosen galak dan berkumis asal Jambi. Menu buka puasa biasanya ditambah kolak pisang. Waktu sahur, ada juga satu dua praja non muslim ikut gabung. Buat menghindari aerobik pagi. Bila ditanya alasannya sama, puasa. Tak beda dengan satu dua oknum muslim yang nyelip di bus Praja Kristiani. Mengaku ibadah mingguan di Gereja Alun-Alun Bandung. Padahal hanya ingin pesiar, atau ketemu kekasih gelap di Cicaheum. Untuk mengelabui pengecekan, mereka ganti papan