Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Keberuntungan Pasopati

  Oleh. Muhadam Rencana restrukturisasi birokrasi di seluruh kementrian, non kementrian, BUMN dan lembaga negara lainnya, rasa-rasanya memberi harapan besar bagi masa depan Pasopati. Simplifikasi organisasi menciptakan dilema, dilain sisi membangun optimisme. Tergantung perspektif kita melihat perubahan. Ibarat membunuh lebah pekerja di eselon tiga dan empat, tapi secara tak sengaja mengembangbiakkan ratu lebah di posisi puncak, yaitu terbukanya peluang bagi eselon dua dan satu. Bila diasumsikan rata, setidaknya tersedia hampir 500 posisi eselon satu di semua departemen, non departemen, BUMN, lembaga negara dan provinsi. Dibawah itu tersedia kurang lebih 1500 jabatan setingkat eselon dua A. Angka itu jelas melampaui jumlah Pasopati yang tersisa sebanyak 759 dari 803 orang. Artinya, ada peluang bagi lebih dari 200 anggota Pasopati yang memangku jabatan eselon dua memperebutkan 500 posisi di eselon satu.  Jika sepertiga saja yang berani turun gunung, artinya jalur kekuasaan di repu

Loncatan Pasopati

  Oleh. Muhadam Labolo Paguyuban Angkatan Kosong Empat Indonesia (Pasopati) kini melewati setahun usia peraknya. Kendati ulang tahunnya dihadang covid, Ia tetap meraih emas. Setidaknya ditandai oleh empat kader terbaiknya di eselon puncak. Ibarat piala dunia, sejauh ini, Pasopati penyumbang emas terbanyak dalam laga Manglayang dilapangan hijau birokrasi. Itu prestisius. Dibalik jabatan prestisius tentu saja kita membutuhkan prestasi. Sekalipun begitu, amanah puncak tadi sudah menyiratkan ada prestasi. Tanpa itu tak mungkin kita sampai ke level tertinggi, terlepas bahwa semua kekuasaan mesti diupayakan. Sebab dia tak mungkin datang dengan cuma-cuma kehadapan kita. Begitulah sedikit pelajaran kekuasaan yang kita dapatkan di sekolah pemerintahan. Supaya prestatif, Pasopati butuh gagasan bernas. Gagasan bisa lahir darimana saja, termasuk meng- copy paste lalu mendaur-ulang. Demikian taktik China bila berhadapan dengan Amerika, Jepang dan Korea. Gagasan dipromosi dengan menggunakan s

Merawat Demokrasi Kita

  Oleh. Muhadam Labolo Imaji kelompok tertentu merekonstruksi kembalinya mumi khilafah sama dan sebangun dengan apa yang diimpikan kaum sosialis, ultra- nasionalis dan kelompok religi demi tegaknya tatanan baru yang lebih ideal. Sejenak tak ada yang keliru di tengah konsensus mayoritas kita menerima dengan lapang dada apa yang menjadi realitas hari ini, yaitu negara bangsa (nation-state) hasil konsensus founding fathers, yang berdiri di atas tonggak idiologi Pancasila dan UUD 45. Namun ada baiknya dicermati seraya merawat demokrasi kita. Kaum sosialis dimasa lalu membayangkan perlunya suatu negara yang adil, sama rata sama rasa. Faktanya perbedaan itu sunnatulah , setiap materi tak mungkin dibagi absolut, juga proporsional. Inilah keadilan proporsi bukan semata keadilan absolut. Sosialisme berlebihan tak jarang berubah ekstrem sebagaimana komunisme diberbagai wilayah termasuk Indonesia. Mereka yang tak sejalan bisa berakhir di sumur buaya. Lihat juga Vietnam dan China yang mengub

Jalan Pikir Tetua Bangsa

  Oleh. Muhadam   Bagaimanakah memahami jalan pikir tetua bangsa dengan konteks Indonesia dewasa ini, penting menjadi refleksi di tengah perdebatan isu sensitif tentang idiologi & sistem politik-pemerintahan. Saya pikir ini bukan perdebatan panjang dan pertama kali, sejak lama para founding fathers mendiskusikan hal serupa. Kalau kita baca literatur sejarah pendirian Indonesia, dialektika mereka telah menyentuh apa yang menjadi topik diskursus kita hari-hari ini. Baca misalnya Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (Yudi Latif, 2011). Bahwa kemudian para tetua bangsa membentuk negara dengan sistem politik dan pemerintahan sedemikian rupa tentu dengan proses perdebatan yang sengit, bukan sim salabim abrakadabra atau lewat whats up group yang terbatas margin nya. Mereka membawa konsep, bukan sekedar datang dan tanda tangan absen lalu tidur diruangan ber-AC. Puncaknya adalah jalan tengah dengan apa yang kita sepakati sebagai philosofische grond

Menyiapkan Kematian Secara Rasional

  Oleh. Muhadam Labolo Hayat setiap kita telah ditentukan. Dalam optik religi ditentukan oleh Tuhan, bukan oleh kita. Seluruh roadmap kehidupan sejak mula hingga akhir punya batasan. Batas awal ketika lahir, batas akhir saat pergi. Sejarah pendek itu biasanya dicantumkan pada pusara lengkap dengan lokus oleh ahli waris. Setiap kali kita tiba di depan batu nisan, kita bisa menghitung seberapa lama seseorang bertahan hidup di dunia ini. Ada yang sebentar, sepenggal, bahkan melampaui rata-rata kenormalan hidup. Menjadi renungan adalah seberapa bermutu panjang-pendeknya hidup kita. Bila durasi hidup itu di ukur dari kualitas hubungan manusia, ada baiknya kita mempersiapkan kematian secara rasional di dunia ini. Kualitas hubungan itu tentu saja meliputi relasi kita dengan Tuhan, sesama manusia dan alam seisinya. Dalam faktanya, ketiga hubungan itu seringkali memburuk, sedikit yang akur, kebanyakan terpisah jauh. Dengan Tuhan, kualitas hubungan kita pasang-surut. Sebagian mungkin men

Kontribusi Sains

  Oleh. Muhadam Labolo Hampir tak diragukan sejak kemunculannya di abad 19, sains memberi kita cahaya baru akan masa depan manusia. Sisi baiknya, sains memberi hasil nyata, belajar dari kesalahan secara sistemik, menjunjung kejujuran, kritis, terbuka, akurat, dan tak alergi berkolaborasi (Sugiharto, 2021). Satu hal yang tak boleh dilupakan bahwa sekalipun sains telah men- drive kehidupan manusia lewat teknologi, dia bukan satu-satunya tolok ukur kebenaran. Sains hanya salah satu moda kognisi yang dapat dioperasikan. Ada moda kognisi alternatif yang selama ini kita pakai sesuai kepentingan masing-masing. Sebagai misal kognisi moral, kognisi estetika, kognisi spiritual, kognisi ekstensialis dan kognisi kearifan lokal. Semua itu jelas berperan dan mencipta jawaban. Soal kepuasan bergantung keyakinan dan selera. Kadang orang lebih yakin dengan kognisi spiritual dibanding pendekatan ilmiah yang dianggap angkuh dan meta-bahasa . Bahkan dengan metodologi dan logika yang khas, kearifan l

Kontribusi Agama

  Oleh. Muhadam Labolo Sejak awal dilahirkan fungsi agama tak kenal lelah berupaya meraih segala hal yang bersifat the impossible menuju possible . Agama juga berperan menyuburkan sisi terbaik manusia hingga melampaui malaikat dibanding iblis. Pada sudut praktis, agama sering mengambil posisi oasis di tengah kerasnya pertarungan penikmat kepentingan dimana ia diyakini (Sugiharto, 2021). Lepas dari itu agama membutuhkan nalar kritis. Tanpa itu, agama rentan dieksploitasi bagi hajat hidup individu dan kelompok. Agama menjadi eklusif hingga mengecualikan yang lain. Agama tanpa nalar cenderung membentuk basis fundamentalisme. Dalam situasi itu agama sering dikambing-hitamkan sebagai candu dibanding peran dan fungsinya yang tak hanya memuliakan Tuhan, juga menghormati manusia dan alam seisinya. Sedemikian kompleksnya agama hingga wajah Tuhan tidaklah sesempit hasil identifikasi dalam kitab suci maupun tafsir otoritas institusi. Dia maha atas segalanya. Satu zat yang merangsang penga

Polarisasi Politik Cebong vs Kampret

  Oleh. Muhadam Labolo Dampak polarisasi politik pasca pesta demokrasi di hampir semua level melahirkan kecemasan. Pilpres meninggalkan kaum cebongers dan kampreters. Dua kelompok warganet itu hanya sepi saat terminologi kadrun (kadal gurun) muncul mendominasi ruang media sosial kekinian.  Catatan Fahmi Ismail pada instagram (13 Agustus 2020) menunjukkan secara statistika sepanjang 2019 penyebutan cebong mencapai 2,58 juta mention, kampret sebanyak 2,43 juta, dan kadrun sebesar 1,88 juta. Pada Juli-Agustus 2020, stigma kadrun mencapai 155 mention melampaui cebong sebanyak 49k dan kampret 71k. Polarisasi politik pasca pilkada juga memproduk pembelahan. Memang pembelahan itu tak sekental Pilpres, namun yang paling menikmati adalah birokrasi. Akhir pesta demokrasi di daerah suka tak suka melahirkan kelompok tim sukses versus bukan tim sukses. Kelompok abstain masuk kategori non tim sukses. Efek pembelahan itu mencipta politik balas budi dan balas dendam. Polarisasi di level pilkad

Moralitas Negara Dalam Perspektif Machiavelli

Oleh. Muhadam Labolo   Sepanjang sejarah filsafat hukum dan negara, sejak era klasik hingga modern, hampir tak ada filosof yang tak terpengaruh oleh esensi moral para senior pendahulunya seperti Socrates, Plato maupun Aristoteles. Bagi sebagian besar filosof itu, moral adalah nilai utama sekaligus pondasi bernegara dan berpemerintahan    Moralitas negara biasanya di  framing  lewat konstitusi. Sinarnya menerangi jalan bagi personifikasi konkrit negara, pemerintah yang silih berganti. Dalam negara yang permanen dengan aneka representasi tadi, pemerintah bertugas mengalirkan cahaya moral kedalam bentuknya yang paling nyata, rupa-rupa kebijakan.   Kecuali itu, bagi filosof realis Machiavelli yang pernah hidup dan menulis  De Principatibus  (The Prince, Il Principe) di era  renaissance  (1513), pemerintah tak perlu menghiraukan tata moral di dalam masyarakat. Kepedulian terhadap hal itu hanya akan merugikan negara. Moral satu hal, negara hal lain. Semua hal yang berpotensi merugikan prakte

Pelemahan Demokrasi dan Rekonstruksi Parpol

  Oleh. Muhadam Labolo   Tiga catatan kritis atas kesehatan demokrasi kita setidaknya merujuk pada,  pertama , laporan  freedom house  (2020). Kualitas demokrasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir dinilai mengalami transformasi dari negara bebas  (free country)  menjadi negara bebas sebagian  (partly free country) .   Kedua , menurut  The Economits Intellegent Unit  (EIU, 2020) demokrasi Indonesia berada di peringkat 64 dengan score 6,48. Secara global demokrasi kita dianggap belum sempurna  (flawed democracy).  Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia bahkan berada dibawah Malaysia dan Philipina, termasuk negara bekas asuhannya, Timor Leste.   Report   ketiga  atas keafiatan demokrasi kita mungkin sedikit menaikkan imun. Laporan  The Global State of Democracy  (2019) menunjukkan kualitas demokrasi Indonesia berada di rentang menengah  (mid-range)  dan tinggi pada aspek  partisipatory engagement .   Indikasi terakhir setidaknya dapat dikonfirmasi lewat pemilu serentak 2019 dan pemilukada 202

Membatasi Peran Cukong Dalam Pemilukada

Oleh. Muhadam Labolo   Survei INES tentang pertimbangan masyarakat memilih menunjukkan 50,3% karena uang, 22,4% iklan, 17,2% program, sisanya 10,1% karena visi (Rep, 20 Nov 2012). Data itu setidaknya mengkonfirmasi bahwa daya tarik paling  sexy dalam pemilukada tak jauh dari aktivitas  saweran . Itu potret dilapis terbawah, belum lagi pesta dilevel atas.    Semua pesta lokal itu membutuhkan modal. Modal tak mungkin ditanggung paslon semata, dia membutuhkan pihak lain,  cukong  kata Mahfudh MD (Sept, 2020). Pada 1950an istilah  cukong , dalam bahasa  Hokkian  merujuk ke pengusaha, majikan atau bos tertinggi. Di era 1960an  istilh   cukong  di produk orde baru berkesan negatif serta menunjuk pada etnik tertentu yang kerap melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam perbisnisan (wikipedia,2020).   Ketika mekanisme pemilukada dilepas ke pasar bebas, yang tumbuh adalah pemegang modal, kaum kapitalis. Dulu para pemodal menyemut di pusat. Pasca desentralisasi mereka berbondong-bondong menga

Masa Depan Politik Demokrasi

Oleh. Muhadam Labolo   Sebagaimana sejarah mencatat, demokrasi tak selalu hancur di tangan militer sebagai kekuatan pemaksa seperti terlihat di Myanmar hari-hari itu, Aung San Suu Kyi dan sejumlah aktivis pro demokrasi di tahan (2021).   Kata Levistky & Ziblatt dalam pengantar buku  How Democracie Die  (2018), di Amerika, untuk pertama kali seseorang tanpa pengalaman sebagai pejabat publik, tanpa banyak komitmen terhadap hak-hak konstitusional, dan dengan kecenderungan otoriter yang jelas, terpilih menjadi presiden. Donald Trumph dianggap presiden terburuk dalam sejarah demokrasi Amerika.   Sebelumnya, dibelahan lain, Allende telah membawa Chile dalam keresahan sosial, krisis ekonomi dan kelumpuhan politik (1973). Di Venezuela, Hugo Chavez menjadi pilihan dilematik ditengah kegagalan pemerintahnya (1998). Demokrasi seperti terinfeksi, dan Chavez satu-satunya antibiotik yang dimiliki kata seorang warga di Barinas.   Bila kudeta segera melucuti demokrasi dalam tempo sesingkat-singkat