Sadu Wasistiono, Maestro Manajemen Pemerintahan

Oleh. Muhadam Labolo

Akhir Januari 2024 Pak Sadu Wasistiono mengakhiri masa tugasnya di almamater, Kampus Manglayang. Ia guru besar bidang Manajemen Pemerintahan. Ia juga menggeluti isu-isu otonomi daerah pasca dibidani oleh Ryaas Rasyid dan kokinya, Djohermansyah Djohan. 

Sadu diakui sebagai sedikit dosen IPDN yang konsisten mengembangkan manajemen pemerintahan hingga ke level praktikal. Ia malang melintang dari Sabang hingga Merauke. Membantu pemerintah daerah dalam urusan tata kelola pemerintahan.

Saya bersentuhan kerja sejak beliau menjabat sebagai Kepala LPM di IPDN Jakarta. Ruangan saya bersebelahan. Kami kerja sampai sore hari. Saya mudah berdiskusi bila ada topik menarik. Di luar itu kami lebih sering bertemu di hotel. Ngamen sebagai narasumber kemana-mana. Tak sedikit daerah yang kami kunjungi, bersama Made Suwandi, Muchlis Hamdi dll.

Pak Sadu salah satu pakar yang jernih menjelaskan sesuatu. Ia punya segudang jawaban untuk urusan tata kelola pemerintahan. Karenanya, Ia banyak dipercaya mendampingi pemerintah menyusun UU dan instrumen turunannya. Dengan kelebihan itu, tak heran Ia pun sering ke luar negeri untuk study comparacy.  

Sadu orang yang tak risau dengan dialektika kritik. Ia justru terbuka. Bahkan menantikan dengan sikapnya yang tenang. Ia berkali-kali meminta saya memberi masukan atas buku-bukunya. Termasuk buku perkembangan ilmu pemerintahan sejak klasik hingga moderen.

Saya sebenarnya punya sejumlah catatan. Namun biarlah menjadi bagian saya untuk menyempurnakan di buku selanjutnya, soal empat pilar utama pemerintahan. Tentu saja tugas murid adalah melengkapi apa yang telah ditetaskan sejak Soewargono, Pamudji, Talizi, Ryaas Rasyid, dan Sadu. Saya akan mengambil waktu untuk menguatkan pondasi mereka.

Sadu salah satu dosen yang mencintai ilmu pengetahuan. Ia menghabiskan waktu lama sebagai pendidik dibanding menjadi pejabat di luar kampus. Ia menekuni bidangnya sama halnya Talizi. Di kampus Manglayang Ia pernah duduk sebagai wakil rektor bidang akademik, direktur pasca,  wakil rektor, dan pj rektor.

Soal rekam jejak akademiknya, Sadu tak diragukan. Ia rangking pertama dengan jumlah sitasi terbanyak di IPDN menurut satu lembaga dunia. Ermaya di posisi kedua. Saya dibawah keduanya. Tentu saja generasi kami masuk kategori imigran digital. Andai hidup segenerasi milenial, mungkin rangking mereka lebih dari itu pada skala nasional & international.

Sadu seorang akademisi tulen. Ia guru besar yang diperhitungkan di Kampus Manglayang. Nama besarnya di kenal dilingkungan purna praja dan civitas akademika. Sadu dosen yang low profile, smart, friendly, dan punya kesadaran mendongkrak murid-muridnya untuk terus maju meraih puncak tertinggi. 

Pada satu kesempatan ceramah di Batam, Ia tertawa saat saya membuat lelucon pendek. Waktu itu saya duduk sebagai moderator sekaligus ketua Pusat Kajian Strategis Pemerintahan. Dihadapan para sekwan, saya beri jok ringan. Sekwan, sengsara karena anggota dewan. Kami sering ngobrol selesai acara.

Di lain kesempatan kami pernah terlibat projek bersama KPK. Saya paling yunior, selain Dr. Jonatan dan Dr. Indra Perwira dari Unpadj. Tugas kami turun ke berbagai daerah hanya satu, sosialisasi pencegahan korupsi dihadapan DPRD se Indonesia. Sayang program itu tak berlanjut. KPK hari ini lebih banyak pada tindakan represif ketimbang preventif.

Pak Sadu pensiun, tapi tidak untuk ilmunya. Ia dikenang dalam sejumlah buku yang ditulisnya. Ia ingin terus berkarya, tidak hanya di almamaternya. Ia pernah berniat melanjutkan ke Unjani. Sayang, birokrasi di Kementrian Dikti menghambat semua itu. Ia tak putus harapan. Tetap berkarya sejauh kesehatannya tak bermasalah.

Di penghujung pensiun Ia tetap hadir dimana-mana. Ia guru besar emeritus yang tetap produktif. Terkadang kami bersua diberbagai ruang dan waktu. Entah membahas instrumen undang-undang, atau sekedar membantu menyiapkan dokumen yang dibutuhkan pemerintah. Saya akui, kita kehilangan maestro di bidang manajemen pemerintahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian

Memosisikan Mahakarya Kybernologi Sebagai Ilmu Pemerintahan Berkarakter Indonesia[1]