Transformasi Tata Kelola & Manajemen Pemda

Oleh. Muhadam labolo

Judul di atas sebenarnya bukan topik artikel ini, tapi titel buku karya Dr. Petrus Polyando yang diterbitkan Desember 2023, edisi perdana. Buku setebal 498 halaman itu dicetak oleh Rajawali Pers. Diberi pengantar khusus oleh guru pujaannya, Sadu Wasistiono, disamping 13 testimoni kerabat-karibnya.

Saya diberi satu. Berselisih empat dengan buku yang saya berikan padanya. Dua buku bergenre antologi fiksi essay, sisanya monograf dari akumulasi pemikiran, Kapita Selekta, dan buku Kepemimpinan Pemerintahan dengan sponsor MIPI. Buku Bung Petrus kali ini menurut saya naik kelas. Setidaknya dalam dua hal.

Pertama, buku di cetak oleh penerbit bergengsi, Rajawali Pers. Dari lebih kurang 30 buku saya yang pernah di cetak, penerbit ini paling transparan dan disiplin dalam hal fee royalty. Penerbit lain pura-pura lupa, bahkan hilang di telan bumi. Cover, kertas, kejelasan tulisan, serta keberlanjutan revisi dikontrol serius. Rajawali satu klik di bawah Kompas Gramedia.

Dulu, Prof. Inu Kencana pernah bertandang. Menanyakan bagaimana buku saya bisa lolos di Rajawali sedangkan Ia di tolak. Saya hanya jawab, "saya kurang paham, mereka minta revisi beberapa kali, lalu disetujui." Pak Inu punya banyak buku pengantar, di cetak di luar penerbit Rajawali. Hasilnya lumayan, Ia bisa cicil minibus untuk rutinitas.

Terlepas kritik atas substansi, setidaknya banyak pembelajar di tahun 90an merujuk buku beliau di tengah miskinnya epistemologi ilmu pemerintahan. Baru di tahun 2000an, ilmu pemerintahan bangkit menggeser popularitas politik dan administrasi yang dinilai gagal memandu rezim orde baru. Bukunya di cetak berulang untuk konsumsi sarjana dan diploma.

Kedua, buku transformasi tata kelola manajemen pemerintahan memberi pemahaman tentang konsep-konsep dasar yang dapat digunakan sebagai pemandu. Petrus seakan menata dan mengurutkan kembali sejumlah paradigma manajemen pemerintahan yang ditinggal Prof. Sadu agar tak berantakan, dan karenanya mudah dimengerti. 

Salah satu problem kita dewasa ini adalah hilangnya panduan manajemen pemerintahan. Dampak liberalisasi dimana-mana mendorong cara baru menangani pemerintahan dengan mengadopsi sektor swasta. Tak heran jika konsep-konsep privatisasi, debirokratisasi, dan fungsionalisasi mendesak tradisi lama dalam manajemen pemerintahan.

Realitas itu membuat kita sedikit gagap menghadapi perubahan pasca turbulensi pandemi. Gejala meminimkan pengaruh birokrasi klasik ciptaan Weber melanda negeri ini sehingga membutuhkan transformasi. Upaya itu kini dirasakan, terlebih oleh desakan digitalisasi pemerintahan era revolusi industri 4.0. Kita butuh perubahan yang dalam kenyataannya tak selalu mulus.

Buku Pak Petrus baik dibaca oleh pembelajar di level sarjana dan pasca. Ia memberi wawasan luas dan tekanan pada perubahan manajemen pemerintahan. Walau begitu, Ia tak menjawab problematika global dan internal yang disuguhkan dibagian awal. Ia memang bicara panjang kali lebar soal pendefenisian dan konsep yang benderang, namun sedikit alpa menjawab problem besar itu.

Tapi itu lazim. Selalu saja setiap buku menyisakan lubang kecil untuk kita isi kembali. Ia cukup mengispirasi bagi yang berminat di bidang manajemen pemerintahan hingga memicu penulis selanjutnya. Saya kira, kita patut memberikan apresiasi tinggi atas usaha keras Pak Petrus menulis buku sebaik ini. Tak banyak yang punya waktu menulis, kecuali membaca pesan pendek di media sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian

Memosisikan Mahakarya Kybernologi Sebagai Ilmu Pemerintahan Berkarakter Indonesia[1]