Andi Arsyad, Pamong Berkarakter

Oleh. Muhadam Labolo

Andi Muhammad Arsyad, Pamong 03 asal Sidrap itu memilih pensiun dini. Ia mantan Pj Sekda era Andi Sudirman Sulaiman (ASS) dan Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin. Arsyad punya pertimbangan sederhana, kembali ke tengah keluarga. Sesuatu yang selama ini kita tinggalkan dengan alasan kedinasan.

Usai menempa diri di Manglayang (1994), Ia menghabiskan hampir 30 tahun di dunia birokrasi. Merayap dari caraka hingga level tertinggi. Ia pernah bertugas di Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu. Sekarang menjadi Luwu Utara sebelum kembali ke kampung halamannya, Sidrap.

Arsyad bukan Pamong biasa. Ia punya integritas pada sisi prinsip, konsistensi, tanggungjawab, disiplin, dan keberanian. Ia selalu di depan untuk urusan yang membutuhkan ketegasan sikap dan tanggungjawab. Itu tumbuh bukan baru sekarang. Sejak dulu, saat Ia pernah merantau ke Jakarta.

Waktu di Manglayang, Ia tempat bersandar satu dua praja yang kelelahan disapu senior. Ia benteng terakhir buat berlindung dari incaran Polpra Swasta. Mentalitasnya kuat untuk sesuatu yang bagi sebagian besar praja mencemaskan bila dihadapi. Ia bahkan bisa datang sendiri untuk urusan man to man.

Arsyad punya karakter etnik yang kuat. Menurut saya, Ia generasi Bugis yang kian langka ditemukan. Kebanyakan kehilangan karakter ketika bersentuhan dengan kekuasaan, jabatan, harta, dan modernitas. Ia gigih untuk hal-hal prinsip. Apalagi menyangkut proteksi terhadap keluarga dan almamaternya.

Saya pernah bertamu kerumahnya. Bahkan pernah hidup satu flat di Kampus IIP Jakarta. Beliau keluarga bangsawan yang dihormati. Ayahnya pernah menjadi anggota dewan di Sidrap. Saya bertemu di kegiatan orientasi anggota DPRD. Bercerita tentang rupa-rupa, termasuk masa depan Arsyad dan keluarganya.

Putri kesayangannya alumni IPDN. Sayangnya saya tak sempat hadir waktu nikahan. Beliau titip waktu sekolah di IPDN Jakarta. Mengenang ketika Ia pernah survive di dua kampus. Ia punya banyak mimpi tentang masa depan. Termasuk menjadi pengusaha seperti yang sedang Ia jalani saat ini. Usaha Pisang Cavendish.

Saya tak begitu paham mengapa Ia berani mengambil usaha pertanian. Mungkin mengalami semacam growth mindset ketika menjabat Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Sulsel. Kadang kita baru menyadari ternyata passion kita bukan di birokrasi. 

Kata Prof. Yassierli, Ph.D, akademisi argonomi industri ITB yang kini jadi Mentri Ketenagakerjaan, manusia dapat berubah lewat tiga fase utama. Pertama, growth mindset, percaya bahwa kemampuan dapat dikembangkan lewat usaha dan pembelajaran. Cirinya selalu mencoba.

Kedua, future mindset, mampu mengantisipasi perubahan dan mengambil keputusan berdasarkan proyeksi masa depan. Ketiga, innovation mindset, berani mencoba hal baru, merancang solusi untuk tantangan, dan tidak takut gagal. Saya kira, Andi Arsyad termasuk Pamong yang sedang mengalami pertumbuhan mindset itu.

Pisang Cavendish punya masa depan cerah. Mudah dikembangkan. Lebih tahan lama dibanding Pisang Ambon. Punya pasar tetap diberbagai mini market. Termasuk kebutuhan luar negeri, khususnya di Asia Tenggara. Kita hanya perlu kesungguhan untuk mengelola satu profesi baru.

Pisang juga punya filosofi kepemimpinan. Mudah beradaptasi dan sangat produktif. Pemimpin yang mudah beradaptasi jauh lebih survive. Kata Darwin, bukan yang kuat yang mampu bertahan hidup, tapi yang mampu beradaptasi. Disisi lain pisang tak pernah mati kecuali meninggalkan tunas baru. Kepemimpinan ideal pun demikian.

Saya rasa, Andi Arsyad Pamong yang mencirikan indikasi itu. Ia mencoba beradaptasi dengan hal baru setelah lebih awal menyiapkan kader Pamongnya. Untuk berpindah kesitu tentu butuh keberanian luar biasa. Dan, Arsyad punya keberanian itu. Seperti semangat Bushido di Jepang yang dikonversi menjadi produktivitas kinerja diberbagai aspek.

Pamong Arsyad sedang meniti kesana. Mengembangkan potensi dirinya lewat karakter yang melekat selama ini. Ia pulang kerumah seperti akhir kisah The Last of Samurai. Tapi bukan pensiun betulan. Hanya menumbuhkan sesuatu yang selama ini mungkin terperangkap dalam dirinya. Pengusaha, atau menjadi Saudagar Bugis yang terkenal sejak dahulu kala.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Sartono, M. Jaffar dan Indrarto

Sejarah Singkat Luwuk

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan