Postingan

Reuni Pasopati di Kota Anging Mammiri

Oleh. Muhadam Labolo Kali ini, Reuni ke5 Paguyuban Angkatan Kosong Empat Indonesia akan di gelar di Kota Anging Mammiri . Kota dimana angin bertiup semilir, menembus jendela, menyampaikan sesuatu yang terlupakan, bahkan seperti melupakan. Mungkin panitia berharap, kehadiran kita kali ini tak akan terlupakan. Silahkan bawa istri, anak, dan selir bila mau. Tentu di luar tanggungan panitia. Panitia hanya menanggung kamar setiap anggota Pasopati yang mendaftar, dan yang mungkin terlambat registrasi. Terlambat karena sibuk, atau tiba-tiba muncul di TKP hingga perlu dicarikan kamar khusus oleh panitia. Tidak mengapa. Itu tugas panitia. Pokoknya, hadir di acara tanggal 22-24 Mei 2024. Pak Bahtiar, yang kebetulan Pj Gubernur Sulsel telah menyediakan hotel bintang 4, Rinra Makassar. Pendeknya, peserta cukup bawa diri. Tak perlu bawa handuk, sandal dan sikat gigi, apalagi bawa sabun buat putra. Di jamin hangat dan nyenyak selama 2 malam 3 hari. Disana, Bu Irawaty Sir Idar dkk telah menyediakan s

Amicus Curiae & Keadilan Hakim

Oleh. Muhadam Labolo Fenomena amicus curiae kini menjadi semacam second opinion dalam pencarian keadilan. Memang tak lazim berlaku dalam sistem hukum kontinental. Sejarahnya lebih mudah ditemukan dalam sistem hukum common law (anglo-saxon) . Namun apapun itu, keadilan penting diperoleh dengan mempromosikan sebanyak mungkin bukti untuk dianalisis. Amicus curiae, atau teman pengadilan (friends of court) pada dasarnya berfungsi memberikan perspektif lain yang mungkin tak tersentuh oleh penglihatan hakim. Hakim tentu saja manusia biasa yang punya keterbatasan. Sebab itu Ia butuh alternatif yang mungkin terlewatkan dalam proses persidangan.  Bagi mereka yang serius mengikuti proses persidangan tentu dapat melihat dimana celah yang belum tersentuh hakim. Mereka dapat memberikan analisis yang lebih spesifik menurut keahlian masing-masing. Jadi bukan sekedar lembar curhatan personal dan kolektif yang bersifat politis guna menyentuh nurani hakim. Dalam bilik sidang, hakim diharapkan tak hany

Mengais Puasa Pasca Lebaran

Oleh. Muhadam Labolo Puasa salah satu media mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan dalam makna lahirnya kesholehan individu sekaligus sholeh sosial. Kesholehan pertama ditakar dari kedisiplinan menjalankan perintahNya, seraya menjaga jarak dari laranganNya. Kesholehan kedua di timbang dari kepedulian melihat realitas sosial. Lebih jauh sebuah relasi antara kita dengan semesta. Tak cukup melampaui hubungan dengan sesama, juga jagad raya. Dalam agama, dua kesholehan itu sering berhubungan erat sebagaimana ekosistem. Buah kesholehan individu adalah perilaku terukur. Dalam makna luas kehati-hatian terhadap pikiran dan tindakan (taqwa). Dengan modal itu seseorang tak mudah mereproduksi pikiran, apalagi aksi tanpa berkonsultasi dengan nurani.  Jauh di lubuk hati paling dalam bersemayam nurani. Semacam lembaga spiritual tempat akal berkomunikasi. Kemurnian nurani bergantung sejauhmana Ia ditempa. Jasmani sengaja dimiskinkan selama puasa untuk memberi ruang bagi nurani agar tumbuh. Kemiskin

Menanti Akhir Perselisihan Pemilu

Oleh. Muhadam Labolo Perselisihan pemilu 2024 dinilai menarik dan penuh hiruk-pikuk (Hidayat, 2024). Kali ini, MK dipaksa tak lagi berkutat pada soal kalkulasi, tapi lebih jauh ke pori-pori pemilu, pembuktian atas diterapkannya asas bebas, jujur dan adil. Dalam proposisi dalil di mahkamah, pertanyaan untuk membuktikan itu misalnya, adakah indikasi kekuasaan digunakan terstruktur, sistematis, dan masif untuk kemenangan calon tertentu. Setidaknya, ada tiga pilihan mekanisme yang sering digunakan para pencari keadilan pemilu. Dua pilihan pertama yaitu mekanisme politik dan hukum. Pilihan konstitusional-normatif yang butuh kemampuan kognitif dan psikomotorik luar biasa. Pilihan terakhir adalah cara ekstrem di luar parlemen yang sering disebut parlemen jalanan (extra parlemen). Pilihan mekanisme politik tersedia lewat hak angket. Masalahnya, sejauh partai pengusung capres yang kalah gagal membangun soliditas untuk menundukkan pihak lain, angket hanyalah fatamorgana. Partai bukan saja haus k

Transformasi Tata Kelola & Manajemen Pemda

Oleh. Muhadam labolo Judul di atas sebenarnya bukan topik artikel ini, tapi titel buku karya Dr. Petrus Polyando yang diterbitkan Desember 2023, edisi perdana. Buku setebal 498 halaman itu dicetak oleh Rajawali Pers. Diberi pengantar khusus oleh guru pujaannya, Sadu Wasistiono, disamping 13 testimoni kerabat-karibnya. Saya diberi satu. Berselisih empat dengan buku yang saya berikan padanya. Dua buku bergenre antologi fiksi essay, sisanya monograf dari akumulasi pemikiran, Kapita Selekta, dan buku Kepemimpinan Pemerintahan dengan sponsor MIPI. Buku Bung Petrus kali ini menurut saya naik kelas. Setidaknya dalam dua hal. Pertama , buku di cetak oleh penerbit bergengsi, Rajawali Pers. Dari lebih kurang 30 buku saya yang pernah di cetak, penerbit ini paling transparan dan disiplin dalam hal fee royalty. Penerbit lain pura-pura lupa, bahkan hilang di telan bumi. Cover, kertas, kejelasan tulisan, serta keberlanjutan revisi dikontrol serius. Rajawali satu klik di bawah Kompas Gramedia. Dulu, P

Digitalisasi Pemerintahan Daerah

Oleh. Muhadam Labolo Sebulan lalu, Dr. Harry Mulya Zein mengirimkan potongan judul dan daftar isi buku bertajuk Digitalisasi Pemerintahan Daerah. Ia dosen tetap IPDN yang pernah malang-melintang di Pemda dan Komisi ASN. Beliau menuntut saya memberikan kata pengantar pendek dalam waktu sekejap.  Saya menawar testimoni, menimbang draft tak terkirim utuh sebagaimana buku yang pernah saya beri pengantar. Beliau tak bergeming, tetap minta kata pengantar. Saya mengalah, mencoba mengabstraksi bab dan sub-bab dengan menghubungkan satu sama lain seperti membangun Jembatan Indiana Jones antara Depok-Jakarta di Sungai Ciliwung. Buku Mas Harry tak hanya menawarkan konsep teoritis sebagai landas pikir, juga manajemen dan strategi teknis yang diambil dari sana-sini, termasuk komparasi praktikal di sejumlah daerah. Buku semacam itu tentu jarang, apalagi ditulis dalam bingkai pemerintah daerah sebagai fokus dan lokus penceritaan. Upaya itu patut diapresiasi agar landing di bumi, bukan di awang-awang.

Muchlis Hamdi, Kenangan Seorang Dosen Ikhlas

Oleh. Muhadam Labolo Apakah Muchlis Hamdi, pakar kebijakan publik masih mengajar di Manglayang? Tanya seorang dosen senior di UGM ketika suatu saat saya bertandang. Saya merasa bangga. Jauh-jauh kesana, rupanya ada yang kenal dosen kami. Sama halnya waktu terlibat penelitian singkat di IPB (2003), beberapa dosen bertanya masih adakah Prof. Talizi di IIP? Setidaknya saya merasa almamater menjadi bagian dari pergaulan akademik. Dihargai dan dihormati pada sisi intelektual yang kini semakin suram. Muchlis Hamdi konsisten dengan bidang ilmunya, kebijakan publik. Ia fokus pada kepadatan teori dan realitas empirik sebagai laboratorium yang terus dicermati.  Dimasa sekolah di IIP, saya menamatkan buku Bunga Rampai Pemerintahan. Mungkin itu magnum opus atas pemaknaan pemerintahan yang Ia pahami. Buku itu memengaruhi pondasi pemikiran pemerintahan sebelum menjejali buku berat Talizi. Edisi Yarsif Watampone itu sejajar dengan Makna Pemerintahan karya Ryaas di tahun 1999. Muchlis Hamdi guru besa