Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Biografi dan Semangat Kepahlawanan

Oleh. Dr. Muhadam Labolo             Lewat spirit Gerard Way kita diingatkan kembali tentang makna pahlawan dalam arti luas, yakni orang biasa yang menjadikan dirinya sebagai sosok yang luar biasa.   Soekarno, Soeharto, Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati hingga Soesilo Bambang Yudhoyono dahulu hanyalah orang biasa yang kemudian bermetamorfosis menjadi seseorang yang luar biasa ( from nothing to be something ). Tentu saja berbeda dengan saya yang biasa di luar. Dengan semangat itu saya menyadari sepenuhnya bahwa makna pahlawan kiranya menyentuh semua aspek kehidupan. Maklum, berpuluh tahun lalu semasa di sekolah benak saya dipenuhi simbol pahlawan dengan senjata bambu runcing hingga senjata M-16 sebagaimana pernah tersandang waktu Latsarmenjurit di STPDN tahun 1992. Pahlawan sejati rupanya juga tak membutuhkan SK sebagai bentuk pengakuan bahwa seseorang adalah pahlawan. Mereka yang pernah mempertaruhkan hidup dan mati untuk orang banyak seperti Soekarno dan Hatta faktanya teta

Dinamika Relasi Indonesia dan Malaysia

Oleh. Dr. Muhadam Labolo           Dinamika relasi Indonesia dan Malaysia ibarat Ipin dan Upin. Hidup serumpun namun sesekali beriak lewat konflik batas wilayah dan tenaga kerja.   Batas wilayah berhubungan dengan kedaulatan negara ( souvergnity ), sedangkan tenaga kerja bersentuhan dengan harga diri bangsa. Diantara semua rezim yang pernah berkuasa di Indonesia, Presiden Soekarno-lah yang berani menciutkan nyali negara separuh Kalimantan itu dengan slogan ganyang Malaysia . Pasca konfrontasi itu, Malaysia menjadi pengikut dan pembelajar setia di jaman Soeharto.   Mahatir Muhammad adalah contoh pemimpin asia yang memulai lawatan pertama sebagai Perdana Menteri Malaysia ke Indonesia dengan maksud sembah sungkem sekaligus belajar pada Soeharto tentang bagaimana membangun negara seluas Indonesia. Atas contoh itu maka beratus-ratus pelajar Malaysia dikirim ke berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia untuk menempa ilmu sebagaimana anjuran pemimpinnya.   Dengan modal itulah M