Membaca Masa Depan Pamong Manglayang

Oleh. Muhadam Labolo

Kekuatan alumni pendidikan pamong (Manglayang) dalam kepemimpinan pemerintahan tak bisa dinilai sebelah mata. Dengan membatasi konteks alumni 01 sd 31 hari ini, sebanyak 34.456 cukup menjadi potensi yang dapat memengaruhi konstelasi pemilu dalam 10 tahun kedepan (2034).

Jumlah alumni sebanyak itu, dikurangi 1% yang wafat, sakit dan tak aktif dalam dunia politik (apolitik), tetap saja kekuatannya bertambah seiring dengan produknya yang melahirkan 500-1000 orang/tahun. Itu cukup menjadi daya tawar (bargaining position) bila sungguh-sungguh dimobilisir.

Melihat jejak pamong di birokrasi pusat dan daerah hari ini memang terasa belum signifikan. Namun 21 personil yang duduk di eselon 1 sebagai dirjen, sekjen, deputi, sahmen, kepala badan, dan sekda provinsi cukup menjadi jembatan dan magnet kuat bagi lebih dari 5.000 eselon dua di daerah dan pusat.

Itu hanya mungkin bila konsolidasi dapat dilakukan oleh tokoh-tokoh Pamong pelintas batas. Belajar dari distribusi pejabat kepala daerah pada 38 provinsi dan 514 kab/kota di era Pilkada serentak (2023-2025), setidaknya 60% posisi strategis itu didominasi Pamong Manglayang.

Figur penting itu bisa dikolaborasikan dari kelompok Pamong yang mengisi ruang politik, birokrasi, dan fungsional. Pasca pilkada 2024, kontribusi Pamong pada jabatan politik sebagai kepala daerah dan wakil mencapai hampir 40 pasangan. Mereka bahkan mampu melenggang ke Senayan, Pusat, dan Daerah.

Sementara eselon satu, dua, dan fungsional di birokrasi pusat dan daerah menjadi akar tunjang bagi mesin birokrasi pemerintahan. Keputusan-keputusan penting diperlukan untuk membangun sistem pemerintahan disamping kontribusi 4 guru besar dan separuh dari 274 pemikir di Kampus Manglayang.

Kekuatan pikiran penting untuk mengokohkan alasan mengapa pamong ada, dan untuk apa kontribusinya bagi republik (Nazar, 2025). Merenungkan kembali historisitas Pamong sebelum dan sesudah kemerdekaan setidaknya menjadi spirit untuk membuktikan kontribusinya lewat kemampuan generalis-spesialis.

Disadari pertumbuhan pamong terus berkembang di tahap pertama pada 2030-2035. Asumsinya, angkatan 01-05 sebanyak kurang lebih 6.464 akan memasuki masa pensiun. Itu artinya peluang mengokohkan dirinya sebagai pamong terbuka lebar dibanding hanya menjadi birokrat tulen selama 35 tahun.

Menjadi pamong berbeda dengan menjadi birokrat. Dua tem yang bersifat locally-Indonesia dan universality. Pamong dapat diangkat (appointed) dan dipilih (election). Birokrat melalui mekanisme seleksi sesuai standar tertentu (selection-merit system).

Menjadi Pamong bermakna merepresentasikan kepentingan daerah (locally) melalui fungsi-fungsi yang diorientasikan pada pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Menjadi birokrat bermakna melaksanakan tugas negara secara teknikal administrasi.

Dengan posisi alumni sebagai Pamong non birokrat pasca pensiun, secara otomatis perannya dapat memperkuat kepemimpinan pemerintahan di daerah. Dengan sendirinya kontribusinya diharapkan berdampak luas bagi penguatan kepemimpinan di tingkat  nasional.

Optimisme itu tentu saja realistis bila didukung oleh kemampuan mengintegrasikan sejumlah aspek utama yaitu jaringan, pengalaman, keterampilan, reputasi, komitmen, inovasi, dan kolaborasi. Jaringan yang luas lewat paguyuban IKAPTK dapat menggerakkan kekuatan secara vertikal dan horisontal.

Pengalaman Pamong-birokrat mengelola pemerintahan di daerah dan pusat dalam ragam organisasi menjadi modal bagi upaya menduduki posisi pamong tertinggi. Semakin abstrak semakin pemimpin, makin teknis semakin kuli. Posisi general membutuhkan pengalaman teknikal yang faktanya telah dilalui dengan matang.

Keterampilan dalam makna seni mengelola pemerintahan terhadap perbedaan cuaca menjadi kekuatan menghadapi turbulensi. Keterampilan mengelola pemerintahan merupakan syarat dalam memecahkan berbagai persoalan selain kemampuan mengembangkan visi jangka panjang.

Reputasi secara politik memengaruhi persepsi publik mentransformasikan kepercayaan (trust) pada Pamong. Bila kinerja individual memperlihatkan rekam jejak membanggakan, tentu saja secara akumulatif mendongkrak sentimen positif bagi upaya mengokohkan posisi di level presidensial.

Komitmen penting sebagai value yang menghubungkan semangat kolektif untuk merealisasikan pencapaian tujuan pemerintahan. Salah satu tugas filosofis Pamong adalah membangun kesadaran tentang pentingnya pemerintahan. Ia setidaknya dibutuhkan pada skala minimal, melindungi masyarakat.

Inovasi menjadi isu yang tak dapat dihindari untuk mengembangkan model-model baru dalam praktek pemerintahan. Kemampuan Pamong mengembangkan pengalaman menjadi pembeda yang dapat disandingkan dengan kekuatan lain. Salah satu kelebihan Pamong adalah Ia mengalami berbagai peristiwa secara faktual.

Akhirnya, Pamong membutuhkan kolaborasi sebagai faktor yang menentukan untuk menggerakkan kekuatan bersama mencapai tujuan pemerintahan. Kemampuan mengharmonisasi segenap kekuatan dalam bingkai kebhinekaan menjadi modal utama mencapai kesatuan dalam tujuan berbangsa dan bernegara (ika).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Sartono, M. Jaffar dan Indrarto

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian