Kenangan Bersama Jamhur

Oleh. Muhadam Labolo

Jamhur, NPP. 04. 2582, lahir di Sebubus, 22 Mei 1973, usia 51 thn di pas reuni nanti (22-24 Mei 2024). Ia anak ke 7 dari 10 bersaudara. Tugas di Sintang sebagai Sekretaris Kesbangpol setelah lama jadi Camat. Meninggal hari ini di RS Pratama, gejala jantung.

Jamhur pernah sebarak dgn saya di tingkat Madya (Sumbar dan Kalsel Atas). Beliau rajin olah tubuh ketika di Manglayang. Saban sore dan sebelum tidur Ia suka mengangkat Barbel kecil buat menguatkan otot di kedua lengan, bahu dan dadanya. Ia wafat meninggalkan 3 orang anak. Istrinya lurah di Sintang.

Suatu kali saya bersenda gurau dengannya ketika Ia sedang menegangkan otot di depan cermin westafel. "Jam, jangan kelebihan angkat Barbel kau, nanti payudaramu melebihi putri tuh." 

Beliau tersenyum menahan tawa agar beban barbel tak jatuh. Dia suka meregangkan tangan berkali-kali agar otot dadanya lebih berwibawa dengan baju dinas. Kadang canda kami sampai bikin kuping panas. Jamhur orang baik. Dia termasuk perfect untuk urusan berpakaian dinas.

Sejak lama saya tak pernah jumpa dengannya. Bila ke Pontianak, Ketapang, dan Sekadau, saya tak pernah sampai di Sintang. Saya ingin sekali bertemu dengannya. Tapi katanya jauh Sintang itu. Saya hanya sampai di Sanggau. Jalannya juga penuh perjuangan kala itu.

Syukur pula ketemu Slamet yang juga pernah sebarak. Kami makan ikan sungai yang enak. Kata Rizma dan Ahmad Salafuddin, kami susah ketemu kecuali ada tamu dr luar seperti Pak Ketum.

Saya jadi ingat, waktu pertama kali jd ketua, saya mengunjungi Andrizar di lapas dekat Singkawang-Sambas. Kami bisa reunian kecil seKalbar. Mampir di pinggir jalan dan menikmati kopi dan teh khas Singkawang. 

Rame orang berkunjung disitu. Demikian pula waktu Tomy wafat di Kayong Utara. Saya menunggu di Mempawah. Daerah pertama sebgai tempat penelitian waktu jadi dosen di IIP. Sekarang dipakai jadi IPDN Regional Kalbar dan mekar jadi Kubu Raya.

Kematian tak perlu ditakuti, Ia sesuatu yang pasti. Kita hanya perlu meningkatkan kualitas hidup agar kematian penuh kebermanfaatan. Setidaknya bagi mereka yang ditinggal. 

Sebagian besar percaya bahwa yang ditinggal itu hanya amal baik, anak sholeh, dan ilmu yang berfaedah. Semoga Jamhur dan kita semua, suatu saat pergi dengan kualitas hidup terbaik, aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Sartono, M. Jaffar dan Indrarto

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian