Mengapa Reuni Tak Boleh Alpa
Oleh. Muhadam Labolo
Reuni bermakna pertemuan kembali (re & union). Pertemuan tak hanya sebatas fisik, namun temu ingatan, untuk merawat kenangan yang lama mengendap di back mind. Memori itu tak cuma terisi bagian terindah, juga bagian samar dan gulita yang perlu diberi alasan esok lusa.
Reuni punya banyak fungsi. Pertama, memutar hafalan di hippocampus otak. Locus itu berhubungan dengan gejala alzheimer alias Penurunan Daya Ingat Perlahan (PDIP). Kita semua bukan saja akan memasuki masa pensiunan, juga era kepikunan berjamaah. Cirinya, sering lupa, termasuk istri sendiri.
Terbayang antrian registrasi di reuni berikutnya dengan suara pekak. Bukan karena peserta marah terinjak kakinya, tapi mengulang-mengulang nama sambil berteriak keras. Penanya mungkin lupa nama ingat wajah. Sebaliknya yang ditanya mengalami sindrom kepikunan ditambah berkurangnya pendengaran, atau lupa alat bantu.
Kedua, reuni berfungsi memperbaiki fungsi nucleus accumbens. Sejenis elemen di otak yang mengurus soal kesenangan. Saat ketemu kawan serembesan yang pernah ditangkap pengasuh, bagian ini aktif menyelaraskan frekuensi hingga terasa hedon di sekujur tubuh. Jangan heran bila aib pun bisa jadi bahan lawakan di meja makan.
Ketiga, reuni memicu hormon endorfin. Senyawa kimia yang diproduksi kelenjar pituitari atau hipofisis di bagian otak. Tugasnya menekan rasa nyeri pasca sakit dan stres. Ia bertanggungjawab terhadap rasa bahagia ketika bertemu dengan mantan penyelamat dan pengacau barak.
Sejumlah hormon yang mengaktifkan mood agar bahagia yaitu dopamin, serotinin, oksitonin, dan edorfin. Senyawa dopamin aktif bila bertemu kawan lama yang baik dan lucu. Serotonin menekan kecemasan dan pembekuan darah, selain mendorong nafsu makan, suasana hati, dan hasrat seksual untuk group khusus poligami.
Bagi kaum hawa, oksitonin berguna merangsang kontraksi dan membantu pelepasan pada bilik rahim dan pencernaan. Mereka yang selama ini sulit BAB dan bermasalah pada bagian pencernaan, mudah diterapi lewat silaturahmi intens. Silaturahmi memicu kebahagiaan, sekaligus berfungsi sebagai anti aging.
Di usia jelita, masalah terbesar anggota Pasopati adalah kurangnya ruang bertemu disebabkan sesaknya waktu, dan padatnya protokoler. Sumber daya cukup, performa memadai, namun satu-satunya musuh terbesar yang mengalahkannya adalah waktu. Kita diperbudak waktu dan kuasa terbaik dimasanya. Hampir tak ada celah dan kompromi.
Setelahnya, kita ingin mengulangi. Namun masalah terbesarnya bukan lagi soal waktu, tapi soal kerentanan fisik dan sumber daya yang melemah seiring usia. Meski ditopang sumber daya hasil investasi selama 25 tahun, kita tak selega dulu. Box kecil kita mengendalikan semuanya. Minyak angin, antangin, paracetamol, antimo, remason, dan seperempat viagra.
Kita berharap reuni kali ini mampu menekan sejumlah gejala negatif yang kian mencemaskan. Pada saat yang sama mendorong pertumbuhan hormon untuk meregenerasi sel agar mampu menyembuhkan diri sendiri. Reuni pada akhirnya berfungsi sebagai terapi. Terapi alamiah yang tak butuh obat kimiawi untuk dikonsumsi saban hari. Kita cukup hadir saja.
Komentar
Posting Komentar