Korban Cacar Air dan Kerepe'an

Oleh. Muhadam Labolo


Semua korban cacar air (versela) di isolasi ke KSA. Disitu seluruh pasien bintitan hitam-merah bercampur. Ada muda, madya hingga nindya. Dokter Soma tak membedakan pangkat. Bila status praja dinyatakan positif, langsung diperintah masuk KSA. Cacar air penyakit menular. Bisa lewat sentuhan kulit, dahak, liur dan lain-lain.

Di atas bangunan KSA terdapat lab komputer. Ruangannya sempit hingga praja harus gantian saat praktek. Komputernya jadul. Tiap praja wajib mengingat simbol algoritma untuk bisa mengoperasikan dengan lancar. Praja dibekali disket di depan PC IBM, hafal mana _software_ dan _hardware._ 

Praja yang hafal dan cepat memainkan jari di depan komputer dinilai jenius. Pendek kata, siapa yang menguasai komputer dia sumber rujukan, sekalipun mata kuliah lain tetap saja _her_ (ujian ulang, Belanda; _herexamen)._ Praja paling takut bila tak lulus. Makanya Sistem Kebut Semalam berlaku di seantero barak. 

Beberapa praja membuat kerepe'an. Resume itu dicopy berkali-kali. Lengkap dengan sumbernya. By Dwi Budi atau Nursujito. Praja harus yakin sumbernya sebelum diperbanyak. Kalau produk pegawai koperasi seperti Revond mungkin tak banyak peminatnya. Dianggap kurang mujarablah, atau kurang yaqin kalo menurut ilmu pertogelan.

Bentuknya kecil seukuran bon koperasi. Lebarnya tak seberapa, tapi panjangnya bisa setinggi Polpra Ukim. Ada juga yang di lipat rapi seperti kertas minyak buat sulapan anak kecil. Begitu di buka bisa dua meter. Dicopas ukuran minimalis dan didistribusikan pemasok ke praja yang membutuhkan. Pendeknya, kerepe'an menjadi semacam narkoba.

Beberapa praja nekat membawa kertas haram itu kedalam kelas. Mencari peluang untuk memindahkan ke kertas ujian. Hanya yang punya nyali bisa lakukan itu. Bagi yang tak kuat menahan debaran jantung karena bertatapan muka dengan pengawas, sebaiknya tak ambil resiko. Ini soal mental saja. Bila apes, tak hanya malu, juga gundul di lindas ketam berkarat.

Kembali ke KSA. Polpra Yopi dan beberapa rekan kena cacar. Penyakit memalukan itu cepat menyebar. Ia diisolasi dua minggu di KSA. Kebetulan di atas KSA jadwal praktek lab madya. Ributnya minta ampun. Yopi cs terganggu. Usai pelatihan sejumlah madya lewat di samping KSA. Mereka dipanggil Yopi di dekat jendela. 

"Hei,..kalian bisa tertib nggk kalo pelatihan?" Ketua Kelas Madya jawab ketakutan, "siap kak!" Kata Yopi, "sini kamu!" Belum sempat ketua kelas melepas muts langsung kena gampar di pipi kiri-kanan beberapa kali. Madya lain kocar-kacir membentuk dan merapikan barisan. Yopi mengawasi dari jendela. Ia segera menyuruh balik ketua kelas, "kembali!, dan jangan sampai kalian ketemu saya lagi." 

Ketua kelas, "siap kak, izin kembali! Ia segera balik dan berlari kecil dengan muka pucat. Ia membawa pasukan itu kembali ke barak. Menjadi ketua kelas memang penuh resiko. Apalagi ketua barak dan ketua regu. Sesekali bisa di sidak dan di cegat di jalan oleh Polpra Swasta seperti Abdul Salam Gau, atau Abdurahman Wakano. 

Hanya berselang sehari, ketua kelas madya yang kena tempeleng tiba-tiba muncul di KSA. Kata Yopi, "dek, kenapa lagi kamu kesini? Mau sa gampar ya?" Ketua Kelas Madya itu dengan lemas menjawab, "siap tidak kak!" Yopi menyambar, "jadi, ngapain pulak kau disini dek?" Jawab madya cepat, "siap izin kak, saya kena cacar kak!" Yopi langsung terdiam.

Yopi tak sadar, rupanya gamparan kemaren di jendela KSA mengakibatkan penularan cacar. Si madya kini jadi pasien disampingnya. Mereka hidup berdampingan. Saling rawat agar lekas sembuh. Keduanya rukun menjalani terapi di KSA. Memang hidup terasa aneh. Kadang musuh bisa jadi teman senasib. Cacar berjasa mempertemukan keduanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian

Memosisikan Mahakarya Kybernologi Sebagai Ilmu Pemerintahan Berkarakter Indonesia[1]