Selamat Jalan Pak Syam

Oleh. Muhadam Labolo

Saat masuk Kampus IIP tahun 1999, saya diterima di jurusan Politik Pemerintahan. Kajurnya Dr. Andi Mallarangeng. Karena sibuk, sekjurnya Drs. Syamsurizal, MA lebih banyak berhadapan dengan mahasiswa. Panggilan sehari-harinya Pak Syam. Beliau alumni Fisip Unas Pasar Minggu dan UI Depok. Seminggu dua kali beliau sempatkan diri ngajar di almamater Unas naik angkot.

Di kelas, beliau mengajar mata kuliah ilmu politik. Jadwalnya berselisih kira-kira sepeminuman teh dengan Pak Syahril Tandjung, matkul Pemikiran Politik. Pak Syam sangat konsisten dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Dulu namanya GBPP-SAP. Beda dengan Pak Syahril yang bisa meluas kemana-mana dengan cakrawala makro & mikro kosmos politik.

Pak Syam terkenal dengan suaranya yang lantang. Tanpa mic pun semua mahasiswa akan sulit tertidur di kelas. Apalagi kalau beliau giliran menjadi khotib jumat. Pasti jamaah akan sedikit tegang. Pesan spiritualitas-politiknya jelas dan terang disampaikan, seperti Umar Ibnu Khattab ra. Beliau pernah memimpin Badan Dakwah Islam (BDI) Masjid At Taklim IIP selama dua periode sebelum dilanjutkan Prof. Djo.

Pak Syam dosen yang khas. Pribadi Aceh yang teguh mempertahankan prinsip, murah senyum, baik pada siapa saja, tak lupa suka berkelakar. Apalagi kalau bercakap satu isu politik yang lagi trend. Bisa berjam-jam sambil berdiri di depan masjid. Soal prinsip, Pak Syam seteguh almarhum Pamannya, Prof. Ismail Suny, seorang pakar hukum UI. Pak Syam terbuka dengan kritik lisan maupun tulisan. Di group WA BDI, banyak pendapat kritis beliau yang logis terkait isu-isu sosial politik. Pak Syam dosen sebaya Pak Asrihadi, Pak Prio Teguh & Pak Syahril.

Perjumpaan saya menjadi lebih serius dengan Pak Syam ketika menjadi salah satu mahasiswa bimbingan skripsi. Sejumlah mahasiswa segan kerumahnya. Saya ajak bersama. Ternyata beliau tak seseram yang dibayangkan. Pak Syam sangat friendly di rumah. Kami berdiskusi sebentar. Beliau mengarahkan dengan protap membimbing yang telah dijalani puluhan tahun. Pak Syam tak hanya mengajar di IIP dan Unas, sesekali ditugaskan ke Sesko dan PTIK. Dapat lencana sebagai dosen tidak tetap.

Protap membimbing beliau saya adaptasi sampai saat ini. Setelah sepakat, tahap pertama mulai dengan draft bab 1 sd 3. Itu rupanya memudahkan koreksi sehingga tak berulang-ulang. Apalagi kalau kebagian banyak yang dibimbing. Protap kedua draft skripsi tak boleh lebih dari tiga hari sudah harus selesai diperiksa. Itu memberi kepastian dan kemudahan bagi mahasiswa. Saya lega dibanding mahasiswa lain yang menunggu hasil koreksi dosen tanpa kepastian. Apalagi kalau dosennya super sibuk, pejabat, dan setengah selebriti. 

Tahun 2001 saya lulus ujian skripsi dan ujian negara. Pak Syam menguji bersama dosen-dosen UGM di Kampus IIP. Maklum, sejarah IIP tak bisa dilepaskan dari UGM sebagai ibu kandung yang turut membidani bersama Kemendagri. Di jabatan fungsional Pak Syam mengakhiri jabatan sebagai wadir di Program Studi Kepamongprajaan Jakarta. 

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari beliau. Baik kognisi, psiko dan afeksi. Pak Syam orang yang mudah bergaul, mudah berdiskusi, mudah bekerjasama, serta mudah membuat kumpulan orang tertawa lepas. Ketika menjadi dosen, saya beberapa kali terlibat bersama dalam projek penelitian, pengabdian dan pengajaran diklat. Komandannya Pak Sampara Lukman, yang sekarang menjabat Kepala Lemriska IPDN.

Mengakhiri masa pensiun, Pak Syam lebih banyak bersama istri dan kedua putranya. Beliau rajin mendampingi mereka serta berusaha menjadi orang tua yang baik. Sesekali saya ajak keluar kota untuk ngajar Pemda, tapi beliau menolak. Beliau konsen dengan keluarga katanya. Begitulah Pak Syam, salah satu dosen yang punya prinsip teguh dalam menjalankan tugas-tugasnya. Semoga Allah swt mengampuni dan memberi tempat terbaik baginya. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Sartono, M. Jaffar dan Indrarto

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian