Seni Membimbing Praja Via Daring

Oleh. Muhadam Labolo

Sesuai kalak, hari ini, tanggal 29 September 2021 semua praja utama seharusnya telah mendaftar ujian Ujian Proposal. Tapi, seperti masuk ke lapangan parade, mayoritas berceceran di tengah jalan. Saya ambil sampel, dari total praja utama di fakultas Polpem sebanyak 596 orang, yang mendaftar sampai batas akhir hanya 24 orang. Apa masalahnya? Saya kurang paham. Secara pribadi saya sudah membayangkan hal ini akan terjadi sehingga saya membuat jadwal ketat waktu itu.

Lebih sebulan lalu, pasca sosialisasi bimbingan oleh fakultas, saya segera membuat jadwal ketat. Maklum, mempelajari kalak yang hanya menyisakan 1,5 bulan tentu akan membuat keteteran dosen dalam membimbing. Lebih lagi kalau di atas 15 orang, diluar pasca dan profesi. Dengan jadwal ketat itulah saya mulai proses pembimbingan setiap minggu via link secara daring, kolektif maupun personal.

Waktu diskusi problem seminggu harus clear. Waktu menyusun judul dan bab satu juga seminggu. Demikian seterusnya, bab 2 dan 3, sebulan harus clear. Saya yakin pasti akan ada yang keteteran, itu satu dua, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi dengan jadwal ketat semacam itu target lebih mudah dicapai. Sisanya silahkan perdalam dengan pembimbing dua. Tahap awal terpenuhi dulu konsensus penulisan sesuai pedoman, bukan pikiran kita masing-masing.

Proposal usulan penelitian tentu tak harus perfect. Ada penelaah dan pembimbing lain yang akan menyempurnakan saat ujian. Kalau kita bertahan dengan cara kuno, saya pikir tidak akan selesai proses pembimbingan. Apalagi prajanya ada di regional dengan mekanisme daring. Bagi saya, jika masalahnya jelas, judul setidaknya punya kebaruan, narasi tersusun sesuai pedoman, silahkan maju UP. Nanti di revisi bersama. Menunggu sempurna tak akan mungkin.

Membuat target bimbingan akan memacu praja tidak berlaku santai tapi serius. Kadang volume membimbing mesti dinaikkan untuk hal-hal prinsip agar tidak keluar dari bingkai kognisi, sekaligus mengoreksi psiko dan afeksinya. Membimbing via daring kadang membuat malas, sebab membaca tulisan kecil membuat kantuk dan mata kelilipan. Itulah mengapa saya selalu ingatkan, rapikan dulu agar ada daya tarik untuk dibaca.

Membimbing praja sebenarnya kita sedang meletakkan dasar-dasar meneliti yang baik. Jadi tidak perlu dibuat sangat ideal, apalagi sampai pakai standar sekolah pasca. Itu tidak saja akan menyulitkan praja, juga kita sendiri. Cukup memenuhi standar minimal dulu, itu sudah bagus, sambil direparasi saat ujian proposal. Dengan begitu semua bisa dicapai dan belajar bersama.

Seni membimbing praja memang unik. Semua bergantung pada sistem pendidikan internal masing-masing. Kita dihadapkan oleh limitasi waktu, tidak seperti diluar sana. Praja pun punya budaya menunggu. Budaya itu kurang baik, tak ada inisiasi, tak kompetitivness sampai harus menunggu bala bantuan pengasuh. Disitu dosen harus punya trik agar insting kompetitivness mereka bangkit. Tanpa itu mereka akan tidur, menunggu H min satu, yang berakibat pada perilaku copas dan plagiarisme.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Sartono, M. Jaffar dan Indrarto

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian