KSA di Manglayang
Oleh. Muhadam Labolo
Dulu, Kamar Sakit Asrama (KSA) berukuran sama dengan salah satu ruangan kelas yang berkumpul tepat di jantung Kampus IPDN Manglayang. Letaknya di sayap kiri arah masuk, berseberangan dengan kelas Sriwijaya. Disebelah kanan, KSA berdekatan dengan monumen APDN Bandung dan perpustakaan. Sisanya dikelilingi barak praja yang sekarang disebut wisma.
Singkatan KSA diadaptasi dari istilah di satuan militer. Maklum, tahun 90an Kampus STPDN Jatinangor di dominasi pejabat militer. Mulai pimpinan puncak hingga pengasuh umumnya BKO dari divisi kavaleri AD. KSA sendiri terdiri dari dua lantai. Lantai atas dipakai buat pelatihan komputer. Dulunya masih pakai MS-DOS (disk operating system). Susah mengoperasikan, kecuali hafal simbol aksara dan angka. Praja yang mahir pasti disangka otaknya paling encer, walau tak serta merta kebal hukuman.
Bangsal di KSA waktu itu terbatas. Hanya untuk menampung praja yang sakit. Biasanya praja hanya butuh tiga hari untuk istrahat disitu, lalu disuru cepat pulang. KSA sengaja dibuat untuk menampung praja yang mengidap penyakit kampung, atau penyakit kutukan seperti cacar air dan mata ikan. Sembuh tidak sembuh biasanya disuru kembali. Sisanya diterapi lewat aerobik pagi dan jungkir di terik matahari.
Masa itu dokter di KSA masih langka. Yang terkenal namanya Dokter Soma. Mantrinya Pak Bakri & Sadiman. Ketiga orang baik itu telah wafat. Mereka kompak. Satu spesialis dokter umum, yang lain kerjanya tukang suntik. Hebatnya, apapun jenis penyakitnya, resepnya sama, Antalgin, Trisulva, CTM dan Paracetamol ukuran 500mg. Jenis obat itu selalu menyertai untuk semua gejala sakit kepala, mencret, lebam dada, sakit perut, nyeri pelipis, gegar otak, kulit terkelupas akibat push up jalin, cacar air, gatal-gatal, batuk, deman, types, campak, mata ikan, kutilan, depresi, stres hingga hilang ingatan akibat benturan tangan tumpul. Obatnya mirip iklan, apapun makanannya Teh Sosro minumannya.
Ajaibnya semua resep itu relatif menyembuhkan. Entah karena didorong oleh tekanan psikologis karena dihantui perasaan takut, atau karena faktor lain, wawlahu alam. Bagi praja yang tak sembuh biasanya di rujuk ke RS Sumedang, Sadikin, Hermina atau Borromeus Bandung. Beberapa praja senang bila dirujuk surat sakti dokter Soma. Terhindar dari rutinitas kampus. Selebihnya bisa kenalan dengan suster dan bidan cantik yang terkenal lembut saat praktek merawat pasien. Kadang baru sehari sudah sembuh duluan. Imunnya lekas naik, sisanya cari alamat suster sebelum pulang. Tak sedikit purna yang berakhir dipelukan suster dan bidan, berubah jadi istri pamong.
Praja yang suka masuk KSA terdiri dari dua golongan. Pertama yang benar-benar mengidap penyakit. Paling banter cacar air, mata ikan, dan stres. Cacar air seperti Covid 19, cepat menular, apalagi jika jarang mandi. Kadang Madya yang ribut di lantai dua ikut terdampak cacar pasca pembinaan. Mereka berdamai di lantai bawah, saling bantu menaburi bedak Herocyn atau Purol Cilicylic Acid dibagian tak terjangkau, punggung masing-masing. Sama-sama dalam status diisolasi persis di Wisma Atlet. Ada pula praja pingsan di dada Sang Legend Indrarto, dibawa ke KSA dengan pesan setelah sadar suruh menghadap. Ambyar.
Golongan kedua praja yang mantul (makan tulang). Cirinya stres dan pura-pura hilang ingatan. Mereka masuk KSA bila sedang berurusan dengan pengasuh, senior dan jadwal rutin penggulungan. Dokter Soma dan Mantri Bakri kebingungan, sebab yang begini tak ada obatnya. Makanya dikasi obat yang sama. Mau gila atau waras sama saja. Bila dicampur punya efek tidur. Jadi saat di cek kelihatan memang sedang lemas dan istrahat di Bangsal. Mereka sembuh sendiri bila situasi berangsur kondusif. Tak diragukan, KSA kadang berfungsi pula sebagai rumah sakit jiwa untuk praja yang bermasalah psikis.
Praja penderita cacar air butuh waktu paling cepat seminggu untuk sembuh. Badannya penuh bintik hitam, bekas luka mengering. Yang susah bila praja terkena mata ikan. Mereka dipaksa jalan dengan mengenakan sepatu lars dan sandal swallow. Jalannya persis suster ngesot, ditarik pelan dan berat, takut keinjak lars anggota yang lain. Keuntungan hidup di KSA selain bisa lepas dari kegiatan juga dapat makanan tambahan. Paling penting lepas dari gangguan, termasuk pengecekan di lapangan plaza.
Satu dua praja suka berlindung dengan menggunakan status KSA. Pakai pita putih dipeniti di lengan kiri. Ada bahkan yang rela menggigit jarinya sampai keluar sedikit darah lalu dibalut rapi persis pasien mata ikan agar terhindar dari hukuman angkat kaki sebelah, sambil putar kedua tangan menjadi Pilot Helikopter. Pendek kata, alumni KSA banyak mendapat diskresi untuk sejumlah kegiatan beresiko, termasuk mereka yang secara sengaja berlindung di tempat itu (mantul).
Kini KSA tak seperti dulu lagi. Lokasi KSA pernah alih fungsi menjadi Fakultas dan Ruang Dosen. Sekarang dipakai sebagai ruang Lembaga Kajian Strategis dan Unit Penjaminan Mutu. KSA sendiri pernah pindah di dekat perumahan dosen, di atas Barak Kalteng. Agak jauh. Praja yang sakit katanya cepat sembuh. Bukan takut sama senior, tapi hantu penunggu hutan Jatinangor. Makanya cepat balik ke wisma, alasan berobat jalan demi menghindari menginap di KSA.
KSA sekarang berdiri bagus di sayap kiri sebelum masuk kampus. Dekat Pos PKD. Luas, dengan dua bangunan tersambung oleh lorong kecil buat dorong pasien. Alkesnya cukup lengkap, obatnya juga generik, paten dan bervariasi. Dokter spesialisnya ada 9 dan masih muda-muda, dipimpin dokter gigi Ive. Praja katanya betah di poliklinik tipe C itu. Gimana gak betah bila di sekeliling klinik ada super market, warunk bubur, sate padang, sop kikil dan es campur. Rame oleh makanan nusantara. Itu jelas obat mujarab yang tentu berpengaruh bagi perbaikan imun praja.
Komentar
Posting Komentar