Bung Hasrul Edyar Rohas
Oleh. Muhadam Labolo
Inspektur di Kementrian Desa ini sosok yang unik. Lincah dan gesit, kata bait lagu Ebiet G. Ade. Mungkin unik dari udiknya, di Sibigo, Aceh Barat, Sinabang. Saat pemekaran dia dapat berkahnya, meniti karier sebagai Pamong dari staf, camat hingga wakil bupati di Simeulue tahun 2012-2017. Sekarang jadi inspektur setelah mutasi dari direktur pulau terluar dan terpencil.
Waktu di kampus Manglayang, raganya kecil tapi spiritnya kuat. Larinya sebanding Nindya Putri Harmoni. Krisis air di barak tak memukul mentalnya. Ketika Praja kesulitan air termasuk hujan, dia sudah mandi setengah jam sebelum subuh di masjid. Dengan enteng beliau menyusup dibarisan aerobik. Disitu sebagian tahan nafas. Bau mulut dan keringat menyatu, seperti Jengkol bersenyawa dengan Minyak Kasturi.
Beliau praja yang rajin. Tak ada kasus di BAP pengasuhan. Andai diperiksa rekam jejaknya via digital, pun sulit ditemukan. Kecuali gaya di PKL, BKP atau Desa LUK. Semua praja relatif sama, sulit dideteksi. Umumnya melakukan anpotwil. Mengidentifikasi dusun yang kaya aset janda, perawat hingga perawan ting-ting.
Beliau dan saya kebagian bidang kemasyarakatan. Itu mungkin kutukan sejak Muda. Di Nindya, Hasrul dan saya sebarak dengan Bahtiar, Dirjen Polpum yang digadang-gadang jadi orang nomor satu di Kampungnya Si Pitung. Doakan saja. Jadi pejabat disitu tentu sejarah, menyambung kuasa Pangeran Jayakarta, Kerajaan Banten dan Padjadjaran.
Kembali ke Bung Hasrul. Dia punya keunikan di setiap PKL. Kita butuh tiga hari untuk mobilisasi rakyat. Hasrul hanya butuh sehari. Perintah ketua kelompok untuk silaturahmi dengan tetua desa sudah stand by malamnya. Lengkap dengan anak dan cucunya yang bening. Luar biasa. Ditanya, pakai pendekatan apa? Katanya religius-romantis. Susah nyari di literatur, yang ada hanya nasionalis-religius, atau mungkin nasakom.
Waktu PKL di Tanjung Sari, beliau disukai muda-mudi disitu. Saking sukanya sampai-sampai disurati berkali-kali seperti surat pelunasan pajak. Mungkin nagih janji. Induk semangnya apalagi, suka banget hingga menguras aset kolam Ikan Mas buat layani Hasrul dkk. Belum lagi ikut rombongann Andi Darmawangsa dan Rufi yang rajin pesiar. Ramailah menikmati tahu, ikan ayam dan lalapan seadanya.
Walau nggk jadian, Bung Hasrul berbaik hati membawa salah satu anak laki Induk Semang ke Simeulu jadi THL. Waktu diundang kesana saya kaget. Pak Hasrul memang baik. Beliau balas budi walau bukan jodoh. Jodohnya di tangan Mas Zakki, adiknya yang pernah jadi Istri Wabup Simeulue. Di Simeulu saya hadiri pelantikannya, disuguhi kepiting dan lobster kelas satu. Ramai waktu itu, dihadiri handai taulan Pasopati Aceh.
Pak Hasrul wabup yang friendly, humanis, dan murah senyum. Selain lincah, beliau hobby Tennis dan menyanyi. Saking sukanya nyanyi, hanya kumandang adzan dan listrik mati yang bisa menghentikan suara dangdutnya. Begitu kata Dirjen di Kemendes, Mas Gito. Stok lagunya banyak, bisa side A, side B. Biasanya penyanyi yang kelelahan. Dalam kasus ini kebalik, pemusik yang rentan pingsan.
Saya tau, beliau Pamong yang suka blusukan. Separoh hidupnya dilapangan. Mungkin kebiasaan waktu di Bintal. Makanya, waktu dengar beliau jarang ikut rapat bersama Pak Mentri, saya yakin beliau sedang tugas negara di pulau-pulau terluar dan terpencil. Tugas menghibur rakyat, menyapa, tertawa dan bercakap-cakap dikelilingi gadis kampung. Itu memang Hasrul banget, tak perlu kaget, maklum, dan jangan tanya kapan Ia datang dan pergi. Dia pasti muncul tiba-tiba atau bahkan lenyap seketika. Poko'e, ojo dibandingke.
Komentar
Posting Komentar