Son, San & Duo Dedi, Pasopati di DPD
Oleh. Muhadam Labolo
Berempat, angkatan nol empat, tugas di DPD RI. Lembaga terhomat, simbol kedaulatan rakyat dari Sabang sampai Merauke. Rahmat Holison, Kabag Wakil Pimpinan DPD, Sanherif Karo Pimpinan, Dedi Ikhsan Kabag Perlengkapan, dan Dedi Iswandi Kepala Kantor Perwakilan DPD di Jogja. Holison pernah sebarak di Muda. Beliau alumni Sumbar Atas yang populer karena di asuh Rene Rinaldi.
Son punya kakak kosong dua. Mungkin kita pikir aman. Nyatanya tidak. Di barak Ia salah satu santapan lezat Rene. Biar akur, pernah suatu kali didamaikan lewat group WA eks Barak Sumbar Atas. Naas, Rene keluar group setelah tiga hari berturut-turut di teror Son. Dia keluar seperti babak belur. Mungkin muts dan kopel rim ikut tertinggal di group.
Son pernah tugas di Sumut, lalu hengkang ke DPD pasca reformasi. Dia beruntung juga kala lembaga itu baru dibentuk. Melanglang buana ke benua Amerika, Australia, Eropa Barat & Timur, hingga Asia. Dengan merendah katanya, kerjaku cuma satu, bawa tas dan SPPD pimpinan. Beliau sempat jadi calon kuat eselon dua disitu. Rupanya kompetisi disana lebih gila, senioritas lebih parah dari parade.
Sekarang, Son punya profesi tambahan sebagai motivator & pengajar freelance. Sebagai Direktur Motivator Manglayang (M2), Ia sibuk membuat podcast untuk orang kecil biar jadi besar. Mengulik pengalaman orang sekaligus membangun citra Pamong. Lumayan, siapa tau banyak yang like, bisa dapat fee. Bila sepi order, Ia sendiri jadi narsumnya, misalnya mengeksplorasi kualitas nilai Pak Sartono dan Indrarto.
Beberapa bulan lalu Ia ikut open biding di Bawaslu. Lembaga pengawas pemilu di tanah air. Di puncak seleksi Ia gugur, entah alasan apa. Tapi Ia tak patah arang, test lagi di Komisi ASN bersanding dengan senior dari kampungnya sendiri. Dia pasrah, kembali keruangan kecilnya di Senayan, memotivasi diri dan kawan-kawan sembari melayani wakil ketua DPD.
Di depan lift lantai 8 terpampang nama jabatan Kepala Biro. Disitu Pak San berdiam diri. Saban waktu beliau keluar masuk melayani bos besarnya, La Nyalla Mattaliti. Beliau sebenarnya ingin bercakap lama sambil bersenda-gurau, tapi sebagian besar kemerdekaannya berada di ruang sebelah, ruang Pak Ketua. Belum sempat menghabiskan roti dipanggil lagi.
Sanherif Hutagaol lahir di Deli Tua, hampir seumur saya, lebih senior dua bulan. Beliau birokrat asli, pelayan pimpinan sejak ketua DPD lama. Saya suka malu, tiap balik di sanguin. Sudah beberapa kali. Nggak tobat. Katanya buat jajan Pak Ketua. Padahal sudah di kasi honor sebagai narsum. Saya berterima kasih, pengen cepat belanja, tapi ada kawan Pasopati japri, butuh pinjaman dan bayar kosan, kita bagi.
Saya lapor Pak San, katanya terserah Pak Ketua. Sekali lagi trima kasih. Sungguh hidup kita tak akan berkekurangan selagi ada kawan sebaik anda. Pak San bawa saya ke teman Sambo, Kombes Amostian, Akpol '94 dari Tator, staf khusus Ketua DPD, dikenalkan. Kami bincang lama hingga lupa tanya dimana ruangan Son dan Dedi Ikhsan. Keduanya sibuk, walau Son tetap menyempatkan hadir.
Saya ingin menyapa Dedi Ikhsan dan Dedi Iswandi. Ikhsan kawan sebarak di Madya. Tapi waktu mepet, ada janji ngajar sore dengan Nindya. Ikhsan sibuk pula menyelesaikan meeting. Beliau pria lembut, menyenangkan, dan penyanyi sepadan Hedi Yunus. Begitu kata Yuliane cs. Di panggung mungkin cocok duet dengan Bung Hasrul meski beda aliran musik. Satu pop mie, yang lain dangdut koplo. Bila kawin jadi Pop Koplo.
Dedi Iswandi lahir di Tegal. Ketemu terakhir saat reuni Jateng di Semarang. Orangnya tinggi, rupanya mirip Sultan Jogja waktu muda. Dia cerita banyak tentang dinamika lokal sebelum tidur di depan kamar. Dibumbuhi cerita NU dan Muhammadiyah oleh Kadis Pariwisata Bondowoso, Mas Agus. Diskusinya jadi panjang, kaki bengkak, tak ada matinya. Begitulah reuni, kalau udah ngobrol hanya listrik koslet, satpam hotel, dan istri yang bisa membubarkan. Luar biasa.
Komentar
Posting Komentar