Profile dan Optimisme Kualitas Hidup Alumni Nol Empat

Oleh. Muhadam Labolo

Memasuki usia kita di kisaran 40-50 tahun ini, saya ingin menyampaikan profile singkat alumni 04 STPDN sebagai titik ungkit menuju optimisme generasi emas pada 5-10 tahun kedepan. Tulisan ini di buat tahun 2017-2018. Sebagai bagian dari angkatan ini saya berkeinginan agar kebangkitan 04 di penghujung 20 tahun kedepan benar-benar bernilai tinggi. Maksud saya setidaknya matang dalam pengalaman, dewasa dalam kepribadian, serta dipenuhi gerak spiritualitas yang berfaedah optimum bagi lingkungannya. 

Kawan alumni lain mengatakan bahwa 04 itu ibarat Tank Panser buatan Jerman yang khusus digunakan untuk PD II, klasik, tahan banting, focus, bulat dan solider. Rasanya, dengan alumnus sebanyak 808 orang itu memang tidak semua bisa survive sebagaimana pengalaman menundukkan Manglayang. 

Dari 707 pria (87,5%) dan 101 wanita (12,5%), sebanyak 3,9% atau 32 orang telah mendahului kita (2018). Hingga tahun 2022 yang wafat mencapai 54 orang. Ada pertambahan 22 orang selama kurun waktu 4 tahun terakhir. Angka harapan hidup kita rata-rata berkisar 0,7% pertahun. Ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian alumnus angkatan 01sd 05 yang berada dibawah rata-rata 0,5% pertahun. 

Belum lagi sebanyak 0,6% (5 orang) dalam perawatan medik dan 0,8% (7 orang) bersentuhan dengan masalah hukum. Menariknya, distribusi terhadap kealpaan merawat kualitas hidup itu berada di wilayah Sumbagut yang dihuni oleh 16,5% alumnus (134), lalu berturut-turut Subejo 43% (347), Sumbagsel 6,8% (55), Celebes 13,5% (108), Nustra 8,6% (70), Borneo 5,4% (44), dan Intim sebanyak 6,2% atau 50 alumnus. 

Kedepan, syarat utama pencapaian generasi terbaik tentu saja bagaimana meningkatkan kualitas hidup keluarga besar 04. Dengan menghitung peluang hidup normal tentu saja mereka yang lahir di tahun 1975 sebanyak 1,8% (15 orang) akan lebih lama hidup dibanding mereka yang lahir di tahun 1969 sebanyak 1% (8 orang). Sisanya antri mulai yang lahir di tahun 1974 sebanyak 24,8% (200 orang) hingga yang lahir terbanyak di tahun 1973 yaitu 53% (428 orang). 

Terbanyak ketiga mereka yang lahir di tahun 1972 sebanyak 14,8% (120 orang), thn 1971 sebanyak 3,1% (25 orang), dan thn 1970 sejumlah 1,5% atau 12 orang. Bila kualitas hidup di ukur dari tiga variabel umum seperti posisi di level yang ideal, kesehatan dan pendidikan, tentu saja  alumnus 04 sejauh ini bergerak normal kendatipun tak merata (fluktuatif). 

Di porsi jabatan sebagai penunjang ekonomi dan status sosial setidaknya tersisa kurang lebih 4,3% (34 orang) di level eselon 4. Terbanyak mereka yang duduk di posisi eselon 3b sekitar 67% (540 orang), dan eselon 3a sebanyak 22,7% (180 orang). Posisi puncak di eselon 2b dan 2a setidaknya mencapai 4,5% (36 orang) dan 1,6% atau 12 orang. 

Proporsi pada jabatan tersebut di dukung oleh kualitas pendidikan terbanyak di level S2  sebanyak 77,4% atau 626 orang, S1 sebanyak 20,6%, dan S3 sejumlah 2% atau 15 orang. Kini lulusan S3 mencapai 30 orang (2022). 

Satu-satunya variabel ketiga soal kualitas kesehatan dengan angka harapan hidup memang perlu menjadi perhatian kita, termasuk perkembangan angka single-lady sebanyak 1,1 % yang lebih tinggi dari single-man sebanyak 0,6 % dari keseluruhan alumnus. Catatan lain yang mesti menjadi perhatian adalah kemampuan kita meningkatkan talenta sebagai alternatif dalam pengembangan diri agar apa yg dikatakan Ferdinan (2018) mampu mendorong bakat alami kita sebagai keahlian khusus. 

Dari sisi itu jika dilihat kegemaran awal ternyata 35% menyukai olah raga namun tak menjadi atlet seperti Johri, 25% hobi membaca tapi tak semua menjadi guru, 20% hobi musik namun tinggal beberapa yang mampu live di kamar mandi. Termasuk 15% hobi melukis yang kemudian gagal mendeskripsikan wajah temannya sendiri. 

Sisanya, 5% hobi yang mungkin tak jelas dikembangkan. Terlepas dari semua itu, saya toptimis akan terjadi kelipatan pada sejumlah indikator pendorong kualitas hidup kita serta berharap bahwa dengan sketsa itu pula kita setidaknya mampu meminimalisir sejumlah idikator yang dapat mendistorsi kualitas hidup kita di masa akan datang. (Sumber sekunder, Buku Kenangan, 1995)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Sartono, M. Jaffar dan Indrarto

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian