Buka Pintu di Radio Mara

Oleh. Muhadam Labolo

Sejak menginjak Madya, praja yang hidup di Manglayang tahun-tahun 90'an intim dengan Radio Mara. Radio itu mengudara di FM 106,70 MHz Bandung. Salah satu acara paling seksi adalah talkshow interaktif, buka pintu. Pendengarnya luas, bahkan menjadi salah satu acara paling sukses dimasa itu.

Acara buka pintu di asuh narasumber dokter berlatar ginekolog. Termasuk pakar seks mendiang Naek L Tobing. Sesekali diselingi iklan musik agar pendengarnya mengalami relaksasi. Maklum, sepanjang interaksi, umumnya pemirsa radio mengalami ketegangan. Itu juga menambah rating Radio Mara naik, menurut satu penelitian.

Di barak-barak atas, pendengar radio sampai berdesakan. Padahal ukuran radio rata-rata mini stereo. Untungnya, ada saja praja yang punya radio cukup besar. Volumenya dibesarkan, biar penghuni petak tak berkumpul didekatnya. Semua mendengarkan. Termasuk yang alim dan pura-pura tidur.

Beberapa tak puas mendengar dari jarak jauh. Mendekat disamping bed yang punya radio. Duduk tegang sambil menahan suara. Rasanya semua percakapan tak boleh terlewat percuma. Harus terdengar jelas jawaban dokter pada setiap pertanyaan pendengar radio.

Tentu saja yang dinanti praja bukan cuma jawaban dokter, tapi pertanyaan pemirsa radio yang ngeri-ngeri sedap. Praja kebetulan sedang tumbuh di usia biologis. Mereka tak mungkin melewatkan pertanyaan-pertanyaan private malam itu. Dialog itu sebenarnya tabu, apalagi jaman dulu belum ada pendidikan seks.

Pendengar radio dibolehkan bertanya apa saja. Sekalipun topik malam itu soal cancer serviks, tetap saja penanya keluar dari konteks. Penyiar mendahului konfirmasi nama, usia, dan status sebelum di jawab dokter. Dokternya juga menjawab dengan jujur, terang, bahkan detil sampai ke lorong sempit, gelap dan hangat. Acara dimulai di atas jam 10 malam.

Jam segitu biasanya praja sudah tidur. Tapi namanya laki, matanya tambah melek ketika seorang perempuan usia 20-25 tahun bertanya di udara, "apakah menelan sperma bisa hamil?" Ada juga pertanyaan, "apakah bisa menyebabkan hamil bila cuma bergesekan tanpa dimasukin?" Praja yang tadinya berselimut rapat jadi longgar. 

Mereka yang tidur, pelan-pelan menyingkap selimut. Kupingnya menyala seperti gramaphone menangkap pita suara. Suaranya di tahan sampai sulit menelan ludah. Praja yang jauh dari sumber suara bahkan mampu menahan nafas hingga dua oktaf. Takut kehilangan kalimat dari narasumber. Beberapa mengencang membayangkan penjelasan itu.

Moment itu membuat petak sepi macam kuburan Jeruk Purut. Ruang belajar persis museum. Lampu di musholla kecil dan lorong dekat westafel dimatikan ketua barak agar tampak khusyu. Sebagian besar menyetujui dalam hati agar wajah-wajah lugu dan suci di depan yunior tak kelihatan malu dihadapan yang lain. Cukup tau sama tau.

Jaga barak sesi pertama paling tersiksa. Ia mungkin satu-satunya yang mengalami gagal orgasme. Imajinasinya mengalami disorientasi seksual karena dipaksa berdiri di luar barak oleh yang lain. Menjaga pengasuh atau senior yang tiba-tiba melakukan sidak. Mereka juga tak ingin jaga barak lalu lalang di depan petak dengan sepatu lars yang mendistorsi suara radio.

Untuk kali ini semua bersetuju agar jaga barak di luar saja. Terserah mau dengar dari engsel jendela atau berjamaah, silahkan. Asal tak buat keributan dengan pletak-pletuk di puncak klimaks. Itu bisa membuat emosi pemirsa tersedak, khususnya dalam barak. Setiap kata sang dokter sangat berarti bagi praja, agar tak terjadi malpraktek. Ini penting bagi masa depan peradaban. Begitu kira-kira dipikiran mereka yang sedikit jernih, bercampur mesum.

Praja tidur bila acara benar-benar selesai. Satu dua bolak-balik ke toilet. Mungkin membersihkan dan mengganti trening. Sebagian lemas dan puas tertidur, seperti lelah di perkosa pikirannya. Ada yang gelisah melanjutkan tidur. Semacam menggantung dari penanya dan jawaban dokter. Rasanya ingin dituntaskan secepatnya malam itu. Tapi waktu jualah yang membatasi pemirsa. Ia tidur bak hantu penasaran.

Radio Mara rupanya telah membantu memperlancar organ reproduksi praja. Mendorong transaksi sabun tiap minggu. Sembari mengembangkan imajinasi yang sulit dilupakan sepanjang hidup. Pagi, semua diam seakan tak terjadi apa-apa. Menyimpan senyum malu dan rahasia. Tapi semua ingatan berantakan oleh suara keras ketua barak, agar segera turun apel.

Acara buka pintu sebenarnya pendidikan seks yang netral. Dibuka luas, pemirsanya bejibun dari kelas milenial sampai kolonial. Narsumnya selalu mewanti-wanti di akhir acara, agar pemirsa tetap menjaga kesehatan dan kualitas seks dengan tetap berpegang pada satu pelukan. Sayangnya praja masih berpegang pada tongkat masing-masing. Petuahnya baik, sepanjang pemirsa memahami pengetahuan itu dengan kedewasaan tinggi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Sartono, M. Jaffar dan Indrarto

Seri: Kajian Filsafat Ilmu Pemerintahan

Pamongpraja, Tinjauan Filosofis, Etimologis, Historis, Relevansi dan Gagasan Kekinian